Di berbagai kesempatan, banyak peserta yang bertanya kenapa pendidikan kita seakan tidak mampu mengakomodir kebutuhan pebelajar untuk menjalani hidup dan kehidupannya setelah menjalani masa-masa studi yang begitu melelahkan dengan aturan dan kurikulum yang sangat padat? adakah relevansi antara perhelatan pesta demokrasi dengan masa depan pendidikan, baik secara nasional maupun lokal?
Pertanyaan-pertanyaan yang sedikit pesimis, namun kritis tersebut didasarkan pada fakta bahwa pendidikan kita selama ini ibarat "jauh panggang dari api" atau "jauh bumi dan langit" dengan realitas hidup masyarakatnya. Hal ini bermula dari kebijakan politik pendidikan orde baru yang tersentralisasi (kontrol dan intervensi pemerintah pusat), pendidikan harus seragam (baik dari ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam kurikulum maupun infrastrukturnya), sama sekali tidak mengakomodir khasanah kekayaan/potensi lokal (local indegineous).