Latar Belakang
Penilaian dalam kurikulum 2004 mempunyai kedudukan yang penting. Siswa dinilai dari berbagai hal. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan juga terhadap hasil pembelajaran. Selain itu perbedaan yang sangat mendasar antara kurikulum 2004 dan kurikulum 1994 adalah ranah penilaian. Dalam kurikulum 2004 siswa dinilai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sementara dalam kurikulum 1994 siswa hanya dinilai ranah kognitifnya saja. Namun demikian, untuk mata pelajaran matematika siswa hanya dinilai dalam ranah kognitif dan afektif.
Penilaian dalam ranah kognitif pada pembelajaran matematika menuntut guru untuk melakukan variasi jenis-jenis penilaian, karena tuntutan kurikulum 2004 mata pelajaran matematika menghendaki siswa untuk mempunyai kemampuan dalam:
Pemahaman konsep. Dalam hal ini siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep.
Prosedur. Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar.
Komunikasi. Siswa mampu menyatakan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan.
Penalaran. Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana.
Pemecahan masalah. Siswa mampu memahami masalah, memilih startegi penyelesaian dan menyelesaikan masalah.
Salah satu jenis penilaian yang memenuhi tuntutan tersebut adalah penilaian kinerja atau penilaian unjuk kerja. Mungkin banyak guru yang belum terbiasa untuk melakukan jenis penilaian ini dikarenakan mereka tidak terbiasa untuk mendisain penilaian unjuk kerja padahal pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk aspek profesionalisme guru. hal ini disebabkan karena guru tidak mempunyai cukup waktu untuk membuatnya.
Permasalahan
Apa yang dimaksud dengan penilaian kinerja atau penilaian unjuk kerja dalam pembelajaran matematika?
Bagaimana penilaian unjuk kerja untuk mata pelajaran matematika dilakukan?
Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
Penilaian kinerja atau unjuk kerja dalam pembelajaran matematika
Bagaimana penilaian unjuk kerja untuk mata pelajaran matematika dilakukan
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Pengertian-pengertian
Sebelum membicarakan tentang penilaian akan ditinjau terlebih dahulu beberapa istilah yang banyak ditemui dan sering ditanyakan perbedaannya, yaitu pengujian, pengukuran, penilaian dan evaluasi.
Pengujian adalah kegiatan memberikan sejumlah pertanyaan.
Pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk memberikan angka pada objek atau gejala.
Penilaian (assesment) adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar.
Evaluasi adalah penentuan mutu dan penentuan pencapaian tujuan suatu program.
Sesuai dengan pengertiannya, dapat dikatakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran, kuantifikasi dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh. Dalam pengertian ini diisyaratkan bahwa penilaian harus terintegrasi dalam proses pembelajaran dan menggunakan beragam bentuk.
Teknik Penilaian
Menurut jenisnya, teknik penilaian dibedakan menjadi tes dan non tes.
Tes
Tes adalah metode yang sangat penting untuk memperoleh informasi tentang apa yang dapat dilakukan dan diketahui siswa. untuk menjamin diperoleh hasil yang autentik dari setiap siswa, tes dilaksanakan dalam situasi yang khusus, yaitu:
Waktu terbatas. Siswa harus menyelesaikan atau menjawab soal tes dalam waktu yang telah ditentukan.
Tanpa bantuan dari buku, orang lain atau sumber-sumber lain, kecuali jika tes merupakan open book test.
Pengawasan. Hal ini dilakukan supaya tes dapat berjalan dengan tertib dan mendapatkan hasil yang autentik
Bentuk tes meliputi pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, jawaban singkat, uraian terstruktur, uraian bebas, dan unjuk kerja. Tes yang digunakan guru sering merupakan kombinasi dari beberapa macam bentuk. Porsi dari masing-masing bagian sangat bervariasi, tergantung kepada tingkatan, subjek tes dan kecenderungan pembuat tes.
Non Tes
Jenis non tes terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu penilaian hasil karya (produk) dan penilaian sikap.
Penilaian hasil karya (produk)
Sebuah hasil karya adalah hasil pekerjaan siswa dan dievaluasi menurut kriteria tertentu. Umumnya hasil karya adalah tugas yang dikerjakan siswa di luar jam sekolah. Hasil karya ini dapat berupa:
bentuk tertulis, biasanya berwujud laporan, jurnal, drama, karya ilmiah dan tulisan tentang suatu topik tertentu.
Bentuk tidak tertulis, biasanya berbentuk tiga dimensi seperti pahatan, diorama, struktur benang irisan kerucut, benda-benda ruang matematika (balok, kubus, bidang banyak beraturan, dan lain-lain)
Kadang-kadang hasil karya siswa dapat merupakan kombinasi bentuk tertulis dan tidak tertulis. Sebagai contoh adalah karya ilmiah tentang teknologi tepat guna dalam suatu bidang tertentu yang terdiri dari alat dan deskripsi prinsip-prinsip ilmiah yang merupakan dasar cara kerja alat tersebut.
Hasil karya merupakan sumber informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan siswa. sayangnya hasil karya ini seringkali bukan hasil autentik pekerjaan siswa karena adanya bantuan-bantuan dari luar yang diberikan dalam menyelesaikan hasil karya itu.
Jika hasil karya siswa dikumpulkan dan dilihat kemajuan yang diperoleh siswa selama periode tertentu maka kumpulan itu disebut portfolio (portofolio). Portofolio dapat digunakan sebagai bahan diskusi dengan orang tua untuk melihat kemajuan siswa dan potensi yang dimilikinya.
Sikap
Sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu dapat diukur melalui pengamatan, pengisian angket atau check list.
Untuk memudahkan penyebutan selanjutnya, bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan dan jawaban singkat dikatakan bentuk tes konvensional.
Tes konvensional mempunyai kelebihan dalam hal dapat menjangkau materi yang luas, dapat dilaksanakan dalam waktu relatif singkat dan dapat diperiksa dengan cepat. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup lama untuk merancang instrumen penilaian yang baik dan umumnya tidak bisa menjangkau kemampuan prosedur, penalaran dan komunikasi.
Seringkali ditemukan bahwa siswa belajar matematika hanya mekanis saja. Mereka belajar suatu prosedur dan algoritma hanya untuk menjawab pertanyaan dalam tes konvensional dengan sedikit mengerti atau kadang-kadang tidak mengerti sama sekali mengapa, dan bagaimana suatu prosedur dilakukan. Tidak mengherankan bahwa sering terjadi siswa menjawab benar, tetapi sebenarnya mereka tidak tahu alasan mengapa jawaban itu benar. Terutama sekali bila soal yang digunakan adalah pilihan ganda atau benar salah. Banyak siswa yang menjawab berdasarkan terkaan saja.
Jika guru hanya menggunakan teknik penilaian yang tidak dapat mengungkapkan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan, maka akan terjadi kontradiksi. Di salah satu sisi siswa dianggap sudah menguasai kompetensi yang diharapkan, tetapi yang sebenarnya adalah siswa belum menguasai kompetensi tersebut. Dalam matematika banyak materi yang dipelajari membutuhkan pengetahuan prasyarat materi sebelumnya. Jika siswa yang dianggap sudah tuntas tadi (tetapi sebenarnya belum) mempelajari materi baru akan terjadi kesulitan akibat ketidak mengertian siswa tentang materi prasyarat. Akibatnya terjadi akumulasi ketidakmengertian materi yang dipelajari. Lebih jauh lagi siswa akan merasa dunia matematika menjadi gelap dan lama kelamaan menjadi hitam kelam.
Keadaan ini bisa diketahui dan diperbaiki kalau instrumen penilaian ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengungkap alasan mengapa siswa memilih jawaban itu dan bagaimana ia sampai pada kesimpulan itu. Penilaian seperti ini merupakan salah satu bentuk penilaian unjuk kerja yang paling sederhana.
Danielson S. A Collection of Performance Task And Rubriks. http://www.assesment.com/Danielson/ 10/4/2006, mendefinisikan penilaian unjuk kerja sebagai berikut:
“Performance assesment means any assesment of student learning that requires the evaluation of student writing, product, or behavior. That is, it includes all assesment with the exeption of multiple choice, matching, true/false testing, or problem with a single correct answer”.
(penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk atau sikap kecuali bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat.
Dari definisi ini, kita dapat melihat bahwa merancang dan melaksanakan penilaian unjuk kerja menghabiskan energi dan waktu yang lebih banyak daripada membuat dan melaksanakan tes konvensional. Lalu kenapa kita menggunakan penilaian untuk kerja kalau tes konvensional lebih mudah dilaksanakan? Pertanyaan ini membawa kita kepada pemikiran mengenai esensi dari penilaian unjuk kerja itu sendiri. Penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan dapat mengungkap potensi siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Komponen Penilaian
Semua bentuk penilaian mempunyai lima komponen utama. Komponen-komponen itu adalah instrumen penilaian, tanggapan siswa, penafsiran terhadap tanggapan siswa, pemberian skor, pencatatan hasil yang diperoleh dan pelaporan.
Instrumen (tugas)
Instrumen penilaian dapat berupa tugas atau masalah yang diajukan kepada siswa, diskusi kelas, aktivitas atau pertanyaan yang akan menghasilkan tanggapan siswa.
Tanggapan terhadap tugas
Sebuah tanggapan dapat berbentuk jawaban numerik atau jawaban tertulis yang menjelaskan suatu pemecahan masalah, presentasi lisan, atau portofolio karya siswa yang sudah dikumpulkan selama periode tertentu. Bermacam-macam tanggapan diperlukan untuk mengetahui pengetahuan matematika siswa secara luas.
Penafsiran tanggapan yang diberikan siswa
Penafsiran dilakukan oleh guru atau oleh siswa sendiri dengan menggunakan penilaian diri sendiri (self assesment). Penafsiran ini dapat berupa membandingkan tanggapan siswa dengan kompetensi yang diharapkan.
Pemberian skor atau skala penafsiran tanggapan siswa
Hasil penskoran ini dapat menjadi umpan balik bagi siswa untuk melihat sejauh mana kompetensi yang sudah dicapai.
Pencatatan dan pelaporan hasil yang diperoleh.
Laporan ini dapat berbentuk tertulis seperti “Bagus” atau “Cukup” atau biasanya berupa nilai “A”, “B” atau berupa angka.
Tujuan Penilaian
Penilaian yang dilakukan terhadap siswa mempunyai tujuan antara lain:
Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa.
Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan siswa
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
Mengetahui hasil pembelajaran
Mengetahui pencapaian kurikulum
Mendorong siswa belajar
Umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar lebih baik
Merancang Penilaian
Sebelum merancang penilaian, perlu ditelaah buku kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika (selanjutnya dijabarkan dalam sistem penilaian) terutama unsur-unsur: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi Pokok.
Dengan memperhatikan keempat unsur tadi, ditambah lagi unsur sumber bahan dan waktu, selanjutnya ditentukan bentuk penilaian yang akan digunakan. Bentuk penilaian direncanakan dan dituliskan di dalam format penilaian yang dibuat sebelum melaksanakan penilaian. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh format berikut:
FORMAT PENILAIAN
Nama Sekolah : …………….…….
Mata Pelajaran : …….……………..
Kelas/Program : ………..………….
Semester : …………..………..
Standar Kompetensi : ……………………
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok Indikator Penilaian
Jenis Tagihan*) Bentuk Instrumen**) Contoh Instrumen***)
*) diisi dengan jenis yang sesuai, misal PR, ulangan harian, ulangan blok, kuis, tugas individu, tugas kelompok, pertanyaan lisan.
**) diisi dengan bentuk yang sesuai, misal unjuk kerja, uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan.
***) dibuat sesuai dengan bentuk instrumen yang dipilih.
Menerapkan Penilaian Unjuk Kerja
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa penilaian unjuk kerja dalam matematika adalah penilaian yang dapat mengungkapkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep, pemecahan masalah dan komunikasi. Bentuk penilaian unjuk kerja yang paling sederhana dapat saja berupa soal tes konvensional tetapi ditambahkan dengan pertanyaan yang meminta siswa untuk menjelaskan alasan mengapa mereka memilih strategi dan pendekatan yang dilakukan. Jawaban yang diberikan akan menunjukkan pemahaman siswa tentang konsep, kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengkomuniskasikan ide-ide matematika.
Dalam penilaian unjuk kerja, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:
Membuat Instrumen Penilaian Unjuk Kerja
Dalam membuat instrumen penilaian unjuk kerja, perlu diperhatikan beberapa faktor diantaranya:
Ukuran instrumen
Ukuran isntrumen dapat kecil atau bisa juga besar. Tugas besar dapat mengukur lebih dari satu kompetensi dasar dan umumnya membutuhkan waktu yang cukup banyak. Umumnya tugas ini autentik dan kompleks sehingga siswa harus menganalisa dan mensintesa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
Tugas kecil dapat berupa pertanyaan terbuka dengan memberi solusi suatu soal dan menjelaskan penalaran mereka. Umumnya tugas seperti ini dapat diselesaikan dalam jam pertemuan di kelas.
Untuk menentukan tugas kecil atau tugas besar yang akan digunakan tergantung kepada tujuan penilaian yang diinginkan guru. perlu dikaji apakah tujuan dilaksanakan semata-mata hanya sebagai umpan balik atau juga untuk mencapai tujuan yang lebih luas? Untuk ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tugas kecil lebih sesuai untuk umpan balik saja. Jika guru selesai mengajar suatu konsep dan ingin mengetahui apakah siswa sudah mengerti maka digunakan tugas kecil. Tugas dapat berbentuk meminta siswa untuk menyelesaikan masalah yang relatif kecil, menjelaskan pikiran dan menunjukkan pekerjaan mereka. Dalam hal ini tidak termasuk aktivitas lain sebagai bagian dari tugas.
Tugas besar mencakup tujuan penilaian yang lebih luas, tidak sekadar umpan balik saja. Seringkali guru menginginkan siswa mempelajari materi baru sebagai hasil tugas unjuk kerja. Untuk hal seperti ini, tugas unjuk kerja meliputi beberapa aktivitas dan akan menghabiskan waktu beberapa hari untuk menyelesaikan tugas.
Keterampilan dalam memulai
Umumnya pada waktu memulai menggunakan penilaian unjuk kerja, guru belum begitu yakin dan nyaman dengan apa yang mereka kerjakan. Untuk memulainya dapat dilakukan dengan instrumen unjuk kerja yang kecil dulu. Jika belum yakin apakah petunjuk tugas untuk siswa sudah cukup jelas, maka hal ini dapat ditanyakan kepada siswa sewaktu mereka sedang menyelesaikan tugas itu. Petunjuk itu selanjutnya dapat diperbaiki sehingga siap untuk digunakan selanjutnya.
Kriteria Instrumen Unjuk Kerja yang baik
Instrumen unjuk kerja yang baik memuat hal-hal berikut:
Autentik dan menarik
Hal yang penting bagi suatu instrumen unjuk kerja adalah menarik dan melibatkan siswa dalam situasi yang akrab dengan mareka sehingga siswa berusaha untuk menyelesaikan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Siswa cenderung lebih tertarik terhadap situasi tugas yang menyerupai kehidupan sehari-hari.
Tugas ini akan membuat siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Situasi dan pertanyaan dalam bahasa yang baik dan dapat dipahami siswa sehingga tidak memancing reaksi siswa seperti “Siapa peduli?”
Bagaimana cara menentukan apakah instrumen penilaian unjuk kerja akan membuat siswa tertarik dan terlibat dalam tugas itu? Sebagaimana banyak hal lain dalam dunia pendidikan, pengalaman profesional (professional judgment) adalah kuncinya. Berdasarkan pengalaman dan pemahaman tentang karakteristik siswa, seorang guru dapat memperkirakan apakah aktivitas dalam tugas unjuk kerja yang dibuat akan berhasil atau tidak.
Memungkinkan penilaian individual
Banyak instrumen unjuk kerja yang dimaksudkan untuk dikerjakan siswa secara berkelompok. Namun perlu diingat bahwa penilaian ini sebenarnya lebih dititikberatkan untuk penilaian individu. Karena itu disain penilaian unjuk kerja sebaiknya bisa ditujukan untuk kelompok dan individu. Sebagai contoh, sekelompok siswa diberi data dan diminta untuk menganalisanya. Untuk penilaian individunya masing-masing siswa diminta untuk memberi rangkuman dan penafsiran apa yang ditunjukkan oleh data tersebut.
Memuat petunjuk yang jelas
Instrumen unjuk kerja yang baik harus memuat petunjuk yang jelas, lengkap, tidak ambigu dan tidak membingungkan. Petunjuk juga harus memuat apa yang dikerjakan sisa yang nanti akan dinilai. Sebagai contoh, jika salah satu kriteria penilaian meliputi organisasi informasi, maka siswa harus diminta untuk menampilkan informasi yang diperoleh dalam bentuk yang teratur.
Format Penilaian
Contoh 1 : Format Instrumen Penilaian Unjuk Kerja
Mata Pelajaran : ……………………………….
Kelas/Semester : ……………………………….
Kompetensi Dasar : ……………………………….
Indikator : ……………………………….
Materi Pokok : ……………………………….
Judul Tugas
Deskripsi singkat tentang tugas (apa yang harus dikerjakan siswa dan hasil apa yang diharapkan)
Petunjuk Siswa:
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi:
Contoh 2: Format simulasi autentik
Mata Pelajaran : ……………………………….
Kelas/Semester : ……………………………….
Kompetensi Dasar : ……………………………….
Indikator : ……………………………….
Materi Pokok : ……………………………….
……….adalah……… (titik-titik awal diisi dengan nama Anda sedangkan yang terakhir diisi dengan peran yang diminta, misal pelajar atau profesi tertentu)
Diminta oleh……….(diisi dengan yang menugaskan)
Untuk menyelesaikan masalah…………… (diisi dengan tugas yang diberikan)
Kondisi yang dihadapi : ………………….
Pemecahan masalah yang dilakukan: ………………………….
Pekerjaan Anda akan dinilai berdasarkan kriteria: …………………….
Rubrik Analitik dan Rubrik Holistik
Rubrik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana.
Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Untuk rubrik seperti ini, salah satu contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tidak 3 (memuaskan dengan sedikit kekurangan) dan tingkat 4 (superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 (masing-masing dengan sebutan yang sama).
Berikut ini adalah contoh rubrik holistik skala 4 secara umum.
Tingkat (Level) Kriteria Umum
4 (Superior) Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep-konsep
Menggunakan strategi-strategi yang sesuai
Komputasinya (perhitungan) benar
Penjelasan patut dicontoh
Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai dengan permintaan)
Melebihi pemecahan masalah yang diiginkan
3 (Memuaskan dengan sedikit kekurangan) Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep
Menggunakan strategi yang sesuai
Komputasi sebagian besar benar
Penjelasan efektif
Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat
Memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan
2 (Cukup memuaskan dengan banyak kekurangan) Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep-konsep
Tidak menggunakan strategi yang sesuai
Komputasi sebagian besar benar
Penjelasan memuaskan
Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat
Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan
1 (Tidak memuaskan) Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap konsep-konsep
Tidak menggunakan strategi yang sesuai
Komputasi tidak benar
Penjelasan tidak memuaskan
Diagram/tabel/grafik tidak tepat
Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan
Contoh rubrik analitik untuk rubrik penilaian presentasi siswa
Skala
Kriteria/Sub Kriteria 1 2 3 4
1. Kejelasan presentasi
Sistematika dan organisasi
Bahasa yang digunakan
Suara
2. Pengetahuan
Penguasaan materi presentasi
Memberi contoh-contoh yang relevan
Dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi presentasi
3. Penampilan
Presentasi menarik, menggunakan alat-alat bantu dan media yang sesuai
Kerapian, kesopanan dan rasa percaya diri
Membuat Rubrik
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat rubrik penilaian unjuk kerja yaitu:
Jenis kriteria
Pada mata pelajaran matematika, kriteria yang selalu diperhatikan adalah pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi. Apakah siswa memperlihatkan bahwa mereka sudah memahami konsep baik melalui pemecahan masalah atau melalui kesalahan yang dilakukan? Apakah dibutuhkan rencana atau strategi untuk memecahkan masalah? Sudahkah siswa mengorganisasi semua informasi yang diketahui? Apakah cara yang digunakan sistematis dan rapi? Bisakah pembaca mengikuti alasan yang diberikan?
Disamping kriteria-kriteria di atas, apa lagi yang penting? Bagaimana dengan komputasi (perhitungan). Apakah jawaban yang diberikan sudah benar? Apakah kesalahan perhitungan hanya sedikit atau besar? Apakah semua jawaban yang mungkin sudah diungkapkan siswa?
Perlu juga dipertimbangkan bahwa terlalu banyak kriteria yang dipertimbangkan akan banyak memakan waktu untuk penyekoran. Tetapi jika kriteria yang diinginkan terlalu sedikit, mungkin hasil yang diperoleh tidak akan cukup untuk memberikan informasi dalam memperbaiki unjuk kerja siswa.
Sub kriteria
Seringkali beberapa kriteria memiliki beberapa kategori yang disebut sub kriteria. Sebagai contoh, jika seorang siswa membuat presentasi sebagai bagian dari tugas yang diselesaikan maka kriteria penilaian dapat berupa “kualitas presentasi” dengan sub kriterianya bisa berupa “kejelasan dalam menyajikan”, “orisinal dan kesungguhan” dan “keterlibatan semua anggota kelompok”.
Skala penilaian
Dalam menentukan skala yang digunakan ada hal-hal penting yang harus diperhatikan seperti berikut ini:
Tujuan penilaian. Ini akan mempengaruhi banyaknya angka pada skala penilaian. Jika rubrik digunakan untuk melihat kemajuan atau perkembangan siswa, maka angka pada skala akan lebih banyak daripada rubrik yang digunakan untuk penilaian saja. Rubrik yang digunakan untuk perkembangan akan mencerminkan jangkauan usia siswa. sebagai contoh adalah rubrik keterampilan menggambar grafik yang dikembangkan untuk siswa TK sampai siswa kelas XII akan sangat disarankan memuat 10 angka. Untuk siswa TK sudah dianggap baik sekali apabila dapat mencapai tingkat 2 tetapi kalau siswa SMA kelas X yang mencapai tingkat ini tentu tidak sesuai dengan tingkatannya.
Ganjil atau genap. Untuk tujuan penilaian, umumnya skala genap lebih disarankan. Skala ganjil memuat nilai tengah yang nyata. Penilai yang ragu-ragu cenderung untuk memberi nilai angka tengah. Skala genap tidak memiliki angka tengah. Dalam hal ini penilai harus membuat keputusan untuk memberi penilaian yang pasti. Skala penilaian yang disarankan adalah skala 4 (0 – 3 atau 1 – 4) atau skala 6 (0 – 5 atau 1 – 6). Perlu dipertimbangkan bahwa semakin besar skala akan banyak memakan waktu untuk melakukan penilaian.
Membagi skala untuk batasan memenuhi dan tidak memenuhi
Sangat penting untuk menentukan batasan yang memenuhi dan tidak memenuhi. Pada skala 5, misal 1 – 5, mudah menentukan batasan memenuhi dan tidak memenuhi. Skala 1 dan 2 dapat dianggap sebagai unjuk kerja yang tidak memenuhi, skala 3 dianggap unjuk kerja yang cukup memenuhi, skala 4 adalah unjuk kerja yang baik dan skala 5 adalah unjuk kerja yang sangat baik. Namun untuk skala 4, skala antara yang memenuhi dan tidak memenuhi perlu dipikirkan masak-masak.
Sebutan untuk setiap tingkat
Sehubungan dengan keperluan untuk mendefinisikan batasan antara memenuhi dan tidak memenuhi adalah penyebutan untuk setiap tingkat. Pada skala 4, contoh sebutan ini adalah “tingkat 1”, “tingkat 2”, “tingkat 3”, dan “tingkat 4”. Selain itu sebutan dapat juga diungkapkan dengan kata-kata yang positif seperti “pemula”, “mampu”, “baik”, dan “sangat baik” atau kata-kata lain yang sejenis.
Deskripsi untuk tingkat penampilan yang berbeda
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan tingkat penampilan yaitu:
Bahasa yang digunakan. Kata-kata yang digunakan harus deskriptif dan tidak komparatif. Sebagai contoh kata-kata “rata-rata” haruslah dihindari.
Deskripsi semua subkriteria. Jika kriteria memuat subkriteria maka tiap-tiap subkriteria harus dideskripsikan dengan jelas. Sebagai contoh jika kriteria presentasi memuat ketepatan, orisinalitas dan keterlibatan setiap anggota kelompok, maka deskripsi penampilan tiap-tiap tingkat harus meliputi semua subkriteria tadi.
Menghitung skor
Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tugas unjuk kerja yang dikerjakan siswa. skor yang diperoleh masih harus dirubah dulu dalam skala angka yang ditetapkan (misal dalam bentuk 0 – 100). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
Bobot pertanyaan. Apakah bobot dari masing-masing pertanyaan sama atau berbeda?
Cara menghitung. Bagaimana mengitung nilai dari semua skor yang diperoleh?
Untuk hal ini, dapat dijelaskan dengan contoh rubrik penilaian presentasi siswa berikut:
Kriteria yang dinilai adalah: kejelasan presentasi, pengetahuan dan penampilan yang mempunyai sub-sub kriteria seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Skala penilaian adalah skala 4 angka dengan penyebutan tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, dan tingkat 4. jika presentasi dilakukan oleh kelompok maka kriteria penilaian dapat ditambah, misalkan kriteria keterlibatan (kontibusi) dalam kelompok dengan sub kriteria yang berkaitan dengan kriteria itu.
Misalkan dianggap bahwa pengetahuan adalah kriteria yang terpenting dalam penilaian tersebut maka penilaian diberi bobot 2 sedangkan yang lainnya hanya diberi bobot 1. misalkan siswa yang bernama Gunawan melakukan presentasi dan diberi nilai berdasarkan rubrik tersebut sebagai berikut.
Skala
Kriteria/Sub Kriteria 1 2 3 4 Skor
1. Kejelasan presentasi (bobot 1)
Sistematika dan organisasi
Bahasa yang digunakan
Suara
X
X
X
3
3
3
2. Pengetahuan (bobot 2)
Penguasaan materi presentasi
Memberi contoh-contoh yang relevan
Dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi presentasi
X
X
X
4
4
4
3. Penampilan (bobot 1)
Presentasi menarik, menggunakan alat-alat bantu dan media yang sesuai
Kerapian, kesopanan dan rasa percaya diri
4
4
4
4
Jumlah skor 29
Skor maksimum 44
Nilai 66
Penjelasan:
Skor yang diperoleh = tingkat x bobot
Skor untuk kejelasan presentasi = (3 x 1) + (3 x 1) + (3 x 1) = 9
Skor untuk pengetahuan = (2 x 2) + (2 x 2) + (2 x 2) = 12
Skor untuk kejelasan presentasi = (4 x 1) + (4 x 1) = 8
Skor total = 29
Skor maksimum = 12 + 24 + 8 = 44
Nilai Gunawan jika dikonvensikan ke skala 0 – 100 adalah 29/44 x 100 = 65,91 = 66.
Penerapan Penilaian Unjuk Kerja dalam Pembelajaran Matematika
Dari uraian di atas, kalau diterapkan dalam pembelajaran matematika. Akan nampak seperti berikut:
PENILAIAN UNJUK KERJA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Program : XI/Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa
Kompetensi Dasar : Merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya.
Indikator : Menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi
Materi Pokok : Peluang
Koin Keberuntungan
Sebuah koin yang setimbang dilambungkan ke atas. Jika koin itu jatuh ke tanah maka bagian sisi koin yang terlihat akan berupa Gambar (G) atau Angka (A).
Jika koin dilambungkan 3 kali, berapa peluang
paling sedikit terdapat dua gambar
paling sedikit terdapat dua gambar tetapi satu lambungan koin sudah dipastikan adalah gambar
Jika koin dilambungkan sebanyak 25 kali, berapa peluang bahwa semua hasil yang muncul adalah gambar? Jelaskan jawaban Anda.
Seseorang dikatakan menang taruhan jika koin yang dilambungkan menghasilkan gambar semua. Tentukan jumlah lambungan koin minimum supaya peluang memenangkan taruhan adalah 0,002
Konsep Matematika
Diagram pohon membuat siswa dapat mengorganisasi ruang sampel yang diperoleh untuk pertanyaan sehingga dapat menentukan anggota ruang sampel yang memenuhi pertanyaan a. untuk menyelesaikan pertanyaan b, siswa harus menemukan pola.
Penyelesaian :
Lambungan I Lambungan II Lambungan III
G G
A
G
A G
A
G G
A
A
A G
A
Siswa mungkin akan menggunakan diagram pohon seperti di atas atau mereke mungkin langsung menggunakan teori peluang
Ruang sampel S = {GGG, GGA, GAG, GAA, AGG, AGA, AAG, AAA}
Anggota ruang sampel n(S) = 8
a1) Paling sedikit 2 gambar ada 4 kemungkinan, yaitu GGG, GGA, GAG, AGG
Peluang paling sedikit terdapat dua gambar = 4/8 = ½
a2) Jika satu lambungan koin sudah pasti terjadi gambar maka mustahil akan terjadi angka semua sehingga AAA harus dihilangkan. Dengan demikian anggota ruang sampel yang baru adalah n(S) = 7. jadi peluang paling sedikit terdapat 2 gambar = 4/7
b. Jika koin dilambungkan sebanyak 25 kali, maka anggota ruang sampel adalah 225. dari semua kemungkinan yang muncul hanya ada satu kemungkinan berupa gambar semua. Jadi peluang yang muncul gambar semua =
c. Jika koin dilambungkan sebanyak n kali maka banyak anggota ruang sampel = . Dari semua kemungkinan tersebut hanya ada satu kemungkinan yang menghasilkan gambar semua. Jadi
Jadi supaya peluang menang 0,002 maka jumlah lambungan koin minimal 9 kali.
Rubrik:
Tingkat 4: Jawaban jelas dan menunjukkan alasan berdasarkan pengetahuan matematika mendalam yang berhubungan dengan tugas ini.
Ciri-ciri:
Semua jawaban benar ditunjukkan dengan metode yang sesuai. Sedikit kesalahan perhitungan dapat diterima.
Tingkat 3: Jawaban menunjukkan pengetahuan matematika mendasar yang berhubungan dengan tugas ini.
Ciri-ciri:
Semua jawaban benar tetapi ada cara yang tidak sesuai atau ada satu jawaban salah. Sedikit kesalahan perhitungan dapat diterima.
Atau
Salah satu bagian a atau kedua-duanya dijawab salah. Siswa tidak membuat diagram pohon tetapi jawaban lain benar. Sedikit kesalahan perhitungan dapat diterima.
Atau
Bagian a dijawab benar, tetapi bagian b atau c salah atau tidak dijawab tetapi metode yang digunakan sesuai.
Tingkat 2: Jawaban menunjukkan keterbatasan atau kurangnya pengetahuan matematika yang berhubungan dengan masalah ini.
Ciri-ciri:
Dua bagian pertanyaan dijawab salah atau tidak selesai dikerjakan tetapi satu pertanyaan dijawab dengan tepat menggunakan prosedur yang benar.
Tingkat 1: Jawaban hanya menunjukkan sedikit atau sama sekali tidak ada pengetahuan matematika yang berhubungan dengan masalah ini.
Ciri-ciri:
Semua jawaban salah
Atau
Jawaban benar tetapi tidak ada bukti bahwa jawaban diperoleh melalui prosedur yang benar.
Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tugas unjuk kerja yang dikerjakan siswa. skor yang diperoleh masih harus dirubah ke dalam skala angka yang ditetapkan. (misal dalam bentuk 0 – 100).
Skala
Kriteria/Sub Kriteria 1 2 3 4 Skor
Pendekatan pemecahan masalah (bobot 2)
Sistematika pemecahan masalah
Bentuk penyelesaian masalah
X
X
6
6
Ketepatan Perhitungan (Bobot 2)
Ketepatan perhitungan dalan pengunaan rumus
Disajikan dengan rapi dan baik
X
X
4
4
Gambar (Bobot 1)
Kejelasan gambar
Ketepatan gambar
Kesesuaian gambar dengan ukuran
Kerapian dan penyajian
X
X
X
X
3
3
3
3
Penjelasan (Bobot 1)
Kejelasan penulisan
Pemahaman terhadap aspek hubungan
X
X
3
3
Jumlah Skor 32
Skor Maksimum 56
Nilai 57
Penjelasan:
Skor yang diperoleh = tingkat x bobot
Skor untuk pendekatan pemecahan masalah = (3x2) + (3x2) = 6
Skor untuk ketepatan perhitungan = (2x2) + (2x2) = 8
Skor untuk gambar = (3x1) + (3x1) + (3x1) + (3x1) = 12
Skor untuk penjelasan = (3x1) + (3x1) = 6
Skor total = 32
Skor maksimum = 16 + 16 + 16 + 8 = 56
Nilai siswa yang bersangkutan jika dikonversikan ke skala 0 – 100 adalah 32/56 x 100 = 57,14 = 57
Penutup
Penilaian yang dilakukan terhadap siswa harus bervariasi bentuknya, salah satu diantaranya adalah penilaian unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian dalam bentuk tulisan, produk atau sikap kecuali bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, atau jawaban singkat. Kelebihan jenis penilaian ini adalah dapat mengungkapkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi yang tidak dimiliki oleh jenis penilaian berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, dan uraian objektif. Namun perlu diingat bahwa kelemahan dari jenis penilaian ini adalah dalam menidisain penilaian, baik dalam hal instrumennya maupun dalam hal rubriknya.
Langkah-langkah yang dilakukan guru jika ingin menciptakan sendiri penilaian unjuk kerja yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan kondisi siswa di sekolah adalah:
Membuat instrumen. Instrumen unjuk kerja yang baik haruslah autentik, menarik, memungkinkan penilaian individual, dan memuat petunjuk yang jelas.
Membuat rubrik (pedoman penskoran). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat rubrik adalah: kriteria yang akan dinilai, skala penilaian, penentuan batasan memenuhi dan tidak memenuhi, sebutan untuk setiap tingkat, deskripsi untuk tingkat penampilan yang berbeda dan menghitung skor.
DAFTAR PUSTAKA
Danielson, Charlote. 1997. A Collection of Performance Task And Rubriks: Middle School Mathematics. Danielson S. A Collection of Performance Task And Rubriks. http://www.assesment.com/Danielson/ 10/4/2006.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas
Digest, Eric. 1990. Authentic Mathematics Assesment. http://www.assesment.com/Eric/TM/ Digest/ 10/4/2006
Kusrini. 2003. Evaluasi Proses. Seri Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP Depdiknas.
Tampilkan postingan dengan label dasar-dasar evaluasi pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dasar-dasar evaluasi pendidikan. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 19 September 2009
Rabu, 19 Agustus 2009
Apa, Kenapa dan Bagaimana Evaluasi Pendidikan dilakukan?
Pendahuluan
Mutu pendidikan di Indonesia yang begitu rendah, bukanlah suatu yang menjadi rahasia lagi, dan kita semua pun memang harus mengakuinya. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat dilihat, antara lain dari rendahnya perolehan rata-rata Nilai Ujian Akhir Nasional (NUAN) untuk semua bidang studi. The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 1999, Indonesia berada pada urutan ke 32 untuk IPA dan 34 untuk Matematika dari 38 negara peserta. Di asia Tenggara, untuk kedua bidang studi tersebut Indonesia berada di bawah Malaysia dan Thailand, dan sedikit di atas Filipina.
Melihat kondisi yang demikian memperihatinkan ini, sudah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk melakukan berbagai pembaharuan dalam system pendidikan kita secara menyeluruh, baik itu dimulai dari perubahan kurikulum dan perubahan system penilaian.
Implikasi dari perubahan kurikulum, tentunya akan berdampak kepada perubahan system penilaian. Kurikulum Berbasis Sekolah (KBK) misalnya, akan diikuti dengan penilaian kelas otentik (Authentic Assessment) dimana sistem penilaian ini menggunakan acuan kriteria. Namun sebelum terlalu jauh berbicara mengenai penilaian kelas otentik, artikel ini akan mengajak anda untuk berdiskusi secara mendasar, step by step.
Apa itu evaluasi (what is evaluation)?
Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain seperti yang dikutip Tayibnapis dalam bukunya ‘Evaluasi Program’ yaitu : definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler, 1950, hlm.69). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus, pencetus Discrepancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih (2000: 3).
Suchman (1961 dalam Anderson, 1975 dalam Arikunto, 2004: 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders (1973 dalam Anderson, 1971). Dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan. Sesuatu yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah evaluasi hasil belajar. Sasmoko (t.t.: 3), Evaluasi hasil pembelajaran disebut juga evaluasi substantif, atau populer dengan sebutan tes dan pengukuran hasil belajar. Sedang Evaluasi Proses Pembelajaran, yang oleh beberapa ahli ada pula yang menyebutkan sebagai evaluasi diagnostik atau juga evaluasi manajerial.
Apakah evaluasi = penilaian = pengukuran?
Penilaian adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu—itu, akan memberikan jawab atas pertanyaan: What value?
Pengukuran (measurement) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu; ia akan memberi jawab atas pertanyaan: How much? (lihat wandt dan Brown, 1997 dalam Sudijono, 2005:7)
Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan berfungsi untuk semua kalangan, baik masyarakat sekolah yang terkait beserta masyarakat (orang tua) siswa, pemerintah, dan stakeholder lainnya. Dengan demikian, fungsi evaluasi pendidikan ini dapat dikelompokkan berdasarkan siapa dan untuk apa evaluasi itu dilaksanakan, diantaranya adalah: Sekolah/civitas academica (guru, siswa, bagian administrasi, dan kepala sekolah), orang tua siswa (masyarakat), dan pemerintah.
a. Fungsi evaluasi pendidikan dipandang dari segi anak didik:
Evaluasi hasil belajar bagi anak didik berfungsi sebagai :
a) Sebagai pedoman tingkah laku dan mengadakan orientasi dalam sesuatu situasi tertentu
b) Sebagai bahan informasi mengenai kemajuan belajarnya.
c) Sebagai informasi mengenai statusnya individu siswa di antara teman-temannya, apakah kiranya dia tergolong anak yang pilihan, yang pandai, yang sedang, dan sebagainya.
b. Fungsi evaluasi pendidikan dipandang dari segi guru
Dengan menilai hasil atau kemajuan murid-muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha muridnya saja, tetapi sekaligus dia juga menilai hasil-hasil usaha sendiri. Dengan mengetahui hasil usaha muridnya itu guru jadi tahu, seberapa jauh dan dalam hal mana dia berhasil, serta dalam hal mana serta seberapa jauh dia gagal. Tahu akan kegagalan atau kelemahan usahanya itu adalah sangat penting bagi guru. Oleh karena hal tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi usaha-usaha mengajarnya. Di samping apa yang sudah dikemukakan di atas, Suryabrata (2004: 301-302) menyatakan bahwa fungsi evaluasi itu adalah untuk :
a. membantu guru dalam menilai readiness anak terhadap sesuatu mata pelajaran tertentu.
b. mengetahui status anak di dalam kelasnya.
c. membantu guru dalam menempatkan murid dalam suatu kelompok pelajar tertentu di dalam kelasnya; berdasarkan kesamaan kesukaran yang dihadapi atau kesamaan kemampuan dalam kecakapan-kecakapan tertentu.
d. membantu guru di dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajarnya.
e. membantu guru dalam memberikan pengajaran tambahan atau pengajaran pembinaan.
c. Fungsi evaluasi pendidikan dipandang dari segi administrasi dan manajemen sekolah
Adapun fungsi evaluasi bagi administrasi sekolah adalah:
(1) Memberikan data untuk dapat menentukan status anak didik di dalam kelasnya, yaitu misalnya apakah dia naik kelas atau tidak, apakah dia lulus ujian atau tidak.
(2) Memberikan ikhstisar mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh sesuatu lembaga pendidikan.
(3) Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepada orang tua atau pejabat pemerintah yang berwenang, guru-guru, dan juga murid-muridnya.
Bagan 1: Fungsi Evaluasi Pendidikan
Sumber: Anas Sudijono, 2005:15
TUJUAN EVALUASI
Tujuan penilaian diarahkan pada empat (4) tujuan berikut (Chittenden, 1991)
1. Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa.
2. Pengecekan (Cheking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah kuasai dan apa yang belum dikuasi.
3. Pencarian (Finding-out), yaitu untuk mencari dan menentukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
4. Penyimpulan (Summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti diakhir semester atau akhir tahun baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk lainnya.
Hal ini sama dengan pandangan Grounland (1968:6-7), bahwa tes hasil belajar dapat bertujuan untuk: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa, 2) meningkatkan retensi dan transfer proses pembelajaran, 3) meningkatkan pemahaman pribadi siswa, 4) sebagai umpan balik terhadap kefektifan proses pembelajaran.
MANFAAT/KEGUNAAN EVALUASI PENDIDIKAN
Terdapat beberapa manfaat/kegunaan evaluasi pendidikan yaitu:
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan
2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai
3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.
Prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar menurut Grounland (1968:8-13): 1) Achievement test should measure clearly defined learning outcomes that are in harmony with the instructional objetives, 2) Achievement test should measure a representative sample of the learning tasks included in the instruction, 3) Achievement test should include the types of test items that are most appropriate for measuring the desired learning outcomes, 4) Achievement tests should the particular uses that will be made of results, 5) achievement test should be as reliable as possible and should then be interpreted with caution, dan 6) Achievement tests should improve student learning.
OBYEK (SASARAN) EVALUASI PENDIDIKAN
Obyek evaluasi pendidikan terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: 1) aspek kemampuan, 2) aspek kepribadian, dan 3) aspek sikap.
Alat yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kemampuan adalah tes kemampuan (aptitude test) sedangkan untuk mengevaluasi sikap digunakan alat berupa tes sikap (attitude test), dan untuk mengevaluasi kepribadian adalah dengan menggunakan (personality test).
JENIS-JENIS EVALUASI PENDIDIKAN
Terdapat beberapa macam jenis evaluasi pendidikan, namun ada dua jenis evaluasi pendidikan yang umumnya digunakan oleh guru, kaitannya dengan pertanyaan kapan, atau pada bagian manakah evaluasi itu seharusnya dilakukan. Kedua jenis evaluasi yang dimaksud adalah 1) evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada setiap kali satuan program pelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan, dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah mampu menguasai (memiliki kompetensi) sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Dan 2) evaluasi summatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan (berakhir), tujuan utama dari evaluasi summatif ini adalah untuk menentukan keberhasilan peserta didik, setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.
PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN
Agar evaluasi memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan di atas, sebaiknya evaluasi senantiasa dilaksanakan dengan prinsip: 1) Mengacu kepada kemampuan (competency referenced), 2) Berkelanjutan (continuous), 3) Didaktis, 4) Menggali informasi, 5) Prinsip keseluruhan.
· Mengacu kepada kemampuan (competency referenced), evaluasi perlu dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam evaluasi harus terkait langsung dengan indikator pencapaian kemampuan tersebut.
· Berkelanjutan (Continuous), evaluasi yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran.
· Didaktis, alat yang digunakan untuk meng-evaluasi berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (layout) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
· Menggali informasi, evaluasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat evaluasi yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses evaluasi.
· Prinsip keseluruhan, evaluasi hasil belajar tidak boleh dilakukan secara terpisah atau sepotong-sepotong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dalam artian bahwa evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik.
Sumber-sumber Kekeliruan dalam Pengukuran Hasil Belajar
Terdapat banyak sekali sumber kekeliruan dalam pengukuran hasil belajar, namun terdapat empat hal yang dipandang paling erat hubungannya dengan kekeliruan pengukuran, yaitu: 1) Kekeliruan sampling, 2) Kekeliruan scoring, 3) Kekeliruan Ranking, dan 4) Kekeliruan guessing.
è Kekeliruan sampling adalah kekeliruan yang dibuat oleh testeer di dalam menentukan butir-butir item sebagai sampel atau wakil dari materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.
è Kekeliruan Scoring adalah kekeliruan dalam melakukan pemberian skor atau kekeliruan yang berasal dari pihak penguji dalam memberikan skor terhadap jawaban-jawaban betul yang telah diberikan oleh testee terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes.
è Kekeliruan Ranking, adalah kekeliruan yang diperbuat oleh pemberi skor (scorer) dalam menentukan urutan kedudukan skor yang dimiliki oleh peserta didik dalam suatu tes atau ujian
è Kekeliruan Guessing, yaitu kekeliruan yang terjadi sebagai akibat permainan spekulasi atau main tebak-tebakan dikalangan testee dalam memberikan jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan kepada mereka.
Kekeliruan juga bisa terjadi karena faktor evaluator dan testee sendiri, kekeliruan ini terjadi:
è Karena suasana batin yang sedang menyelimuti diri evaluator pada saat pengukuran hasil belajar sedang berlangsung.
è Karena sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada diri evaluator. Dalam proses belajar acapkali dijumpai kenyataan bahwa ada guru atau dosen yang sifat ”pemurah” dan ada pula guru atau dosen yang mempunyai sifat ”pelit” di dalam memberikan nilai hasil tes.
è Karena terjadinya hallo effect, di mana guru atau dosen selaku evaluator terpengaruh oleh informasi yang datang dari rekan-rekan sejawatnya, sehingga dalam pemberian nilai hasil belajar, informasi tersebut mempengaruhi penilaian.
Kekeliruan penilaian yang berasal dari testee (peserta didik)
è Faktor psikis (kejiwaan), faktor kejiwaan sangat mempengaruhi testee dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajarnya, faktor kejiwaan ini seperti, peserta didik atau testee dalam suasana riang gembira, murung, pikirn kalut dan lain sebagainya.
è Faktor fisik, kesehatan jasmani testee yang sedang terganggu (menderita, flu, demam, kelelahan dan lain sebagainya) dapat mengganggu konsentrasi testee dalam pelaksanaan evaluasi.
è Faktor nasib, karena memang nasibnya lagi buruk/sial, bisa jadi semua pelajaran yang telah dikuasai oleh testee hilang dalam sekejap, begitu juga sebaliknya.
Sumber Penyebab terjadinya Error Latar Belakang Terjadinya Error Jenis Error
Alat Evaluasi (alat pengukur) hasil belajar (tes) Butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes tidak mencerminkan atau tidak merupakan wakil yang representatif dari keseluruhan bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Sampling Error
Evaluator/Tester (Guru, Dosen, Penguji) Evaluator (tester) bertindak kurang teliti atau kurang cermat dalam perhitungan angka-angka (skor) Scoring Error dan Ranking Error
Suasana batin yang menyelimuti diri evaluator: perasaan resah, susah, murung, banyak masalah dan sebagainya
Sifat “pemurah” atau sifat “pelit” yang melekat pada evaluator (tester)
Evaluator terpengaruh oleh hasil-hasil penilaian yang diberikan oleh teman sejawatnya (hallo effect)
Evaluator terpengaruh oleh hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik pada waktu-waktu yang lalu (=kesan masa lalu)
Peserta Didik/Peserta tes (Testee) Peserta tes bermain tebak/terka/berspekulasi/melakukan kerjasama yang tidak sehat di dalam mengerjakan soal-soal tes Guessing Error
Kondisi fisik, kondisi psikis dan nasib sial yang menimpa diri testee pada saat berlangsungnya tes/evaluasi hasil belajar. Scoring Error
Situasi testing Suasana gaduh, kacau atau bising, pengawasan tes yang terlalu ketat atau terlalu longgar Scoring Error
Sumber: Sudijono, 2005:47-48
Sumber Bacaan:
Anastasi Anne, 1976, Pshycologycal Testing Fifth Edition, Macmillan Publishing, Co,Inc. New York.
Grounland, Norman E. 1968. Constructing Achievement Test, Prentice-Hall, Inc. Amerika
Sudijono, Anas, 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)