Suatu hari mbok Yem
datang tergopoh-gopoh menemui seorang dukun di kampungnya, konon sang dukun sakti mandraguna, dia mampu melihat hal-hal gaib atau barang kasat mata,
bisa meramal dan mengobati segala macam penyakit. Sesampainya di rumah mbah dukun sebut saja namanya “mbah Ki Kanjeng Tuselak Diputro Wagunepor”, mbok Yem langsung menyampaikan bahwa anaknya sakit kena guna-guna,
panas badannya tidak turun-turun sejak 4 hari yang lalu. Dengan ekspresi datar,
mbah Wagoo (sebutan milenal si mbah dukun) memberikan saran agar mbok Yem pergi ke kolam keramat yang ada di
belakang rumahnya, lalu mengambil air dan diminumkan kepada anaknya yang sakit. Tanpa
pikir panjang mbok Yem bergegas melakukan saran mbah Wagoo.
Begitu berada di
sekitar kolam keramat, mbok Yem sedikit berteriak bertanya kepada mbah Wagoo, “Mbah…ngambil airnya di sebelah mana? Mantra-mantra tadi dibaca berapa kali?
Pinggiran aja atau harus di tengah? Pakai gayung atau langsung plastiknya
dicemplungkan? Atau…? Mendengar pertanyaan mbok Yem yang setengah berteriak
itu, mbah Wagoo sedikit geram dan keluar menghampiri “makanya jangan terlalu
banyak makan micin, pertanyaan kayak daftar menu restoran aja. Sini tak
ambilin..” bentak mbah Wagoo seraya merebut kantong plastic yang dipegang mbok
Yem.
Selang beberapa hari, kondisi kesehatan Juminten kembali pulih seperti sediakala. Melihat anaknya yang
pulih demikian cepatnya, Mbok
Yem yang memang tipe provokator dan
ahli menghasut merencanakan tasyakuran dengan caranya sendiri, demi membayar
rasa terimakasih kepada mbah Wagoo yang telah mampu menyembuhkan Juminten dari
penyakit mematikan di desa itu.
Mbok Yem memulai aksinya dengan menyiarkan berita prosesi kesembuhan anaknya kepada semua warga, otak kiri dan kanannya mulai bermain, imajinasi dan halusinasinya
mencoba merangkai peristiwa dan karangan cerita, dari sang dukun memantrai kolam keramat setiap malam Jumat Kliwon
sampai pada bagaimana dirinya mengambil air kolam dengan kaki tidak menyentuh
tanah.
“Mbah Wagoo, memang orang sakti jeng/bu/pak, dia bisa sembuhkan segala macam penyakit bahkan penyakit jomblo sekalipun”
selorohnya meyakinkan, bibirnya yang tebal dengan susunan gigi mancung, mata
sebesar bola pimpong menjadi daya tarik tersendiri pada wajah yang berbentuk
kotak (wajah konspiratif). “Kalau
kalian tidak percaya datang sendiri dah
dan buktikan khasiatnya, bukan tolak angin atau balsem ataupun obat Cina Cincuih
(istilah mbok Yem sendiri), tapi ini hanya air....yah air
kolam yang dimantrai”. Kira-kira begitulah celoteh mbok Yem di pasar, di
pinggir jalan, di surau dan di semua tempat keramaian. Aksi mbok Yem diam-diam
diamati oleh mbah Wagoo, seperti politisi yang mendapat suara terbanyak tanpa
melakukan apa-apa, atau lebih dari pegawai rendahan yang mendapat promosi
jabatan tinggi tanpa melalui baperjakat atau bahkan mungkin seperti orang yang
menemukan buntalan uang ratusan juta di jalanan. Logika dan nafsu serakahnya
pun bergabung membentuk satu ide bisnis besar dengan memanfaatkan mbok Yem
sebagai kapal dagang sekaligus kapal perang.
Hari demi hari, jumlah
pengunjung di kolam keramat semakin meningkat, yang dulunya tidak pakai karcis,
sekarang menggunakan karcis dengan tarif sesuai penyakit yang diderita. Mbok Yem diangkat sebagai manajer karcis merangkap mantan pasien yang
datang memberikan testimoni. Juminten pun tidak kalah hebatnya, ia diangkat
menjadi juru tulis (admin) para pasien yang datang berobat. Dari daftar pengunjung yang dikoleksi mbah Wagoo, ternyata pengunjung
yang datang tidak hanya dari kalangan masyarakat awam, tetapi banyak juga dari
kalangan pejabat, politisi dan akademisi, dari dalam maupun luar daerah. Jaringan konspirasi mbah Wagoo pun
semakin luas dan kuat bersama pejabat tinggi dan aparat Negara sekelas jenderal
bintang empat. Tidak ayal lagi, banyak kasus korupsi dan perebutan jabatan
selesai disitu.
Popularitas mbah Wagoo lambat
laun mengundang rasa ingin tahu dan penasaran sebagian kalangan ilmuan, ada beberapa orang diantaranya mulai
mempertanyakan, “faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat meyakini air di
kolam keramat bisa menyembuhkan segala macam penyakit?” ahli ekonomi
mempertanyakan seberapa besar pengaruh eksistensi kolam keramat terhadap
penghasilan penduduk sekitar? Beberapa dokter pun datang ke lokasi dan
mengambil sampel secukupnya untuk menjawab pertanyaan, zat apa yang dikandung dalam air keramat sehingga
bisa menyembuhkan penyakit? Penyakit apa saja yang terkait dengan zat yang
terkandung dalam air kolam? Kenapa air kolam bisa menyembuhkan penyakit yang
tidak ada relevansinya dengan zat yang dikandung air kolam? Ahli hukum
mempertanyakan tentang penerapan norma sosial budaya dan norma agama dalam
praktek perdukunan, sementara ahli hukum yang lain mempertanyakan penerapan
peraturan daerah tentang retribusi daerah mengenai lahan parkir dan pajak atas
lokasi kolam keramat. Begitupun ahli bahasa, mereka mulai mempertanyakan
pemertahanan bahasa-bahasa atau percampuran bahasa di lokasi kolam keramat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar