Selasa, 13 Oktober 2009

UJI PERSYARATAN ANALISIS UNTUK ANALISIS MULTIVARIAT

Umumnya, analisis multivariat atau metode multivariat berkaitan dengan metode-metode statistik yang secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis terhadap lebih dari dua variabel. Dengan demikian, analisis multivariat dapat dikatakan lanjutan atau perluasan dari analisis univariat seperti (uji t/uji beda) dan bivariat (seperti korelasi dan regresi sederhana).
Variat bisa didefinisikan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel dengan bobot variabel yang ditentukan secara empiris, sebagai contoh persamaan multiple regression:

Nilai variat : w1X1 + w2X2 + w3X3…+ wnXn

Xn adalah variabel yang telah ditentukan oleh peneliti sedangkan wn adalah hasil dari proses multivariat. Nilai variat adalah hasil dari proses penjumlahan dan perjalian w dan X, yang menghasilkan suatu nilai variat tertentu.
Dalam melakukan analisis multivariat, sebelumnya diperlukan uji persyaratan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dalam penelitian, uji persyaratan analisis ini sama dengan uji persyaratan analisis pada analisis univariat dan bivariat (uji normalitas, uji linieritas, dan uji homogenitas), namun ada penambahan persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisis multivariat yaitu: 1) uji multikolinieritas, 2) uji heterokedasitas, 3) uji autokorelasi, 4) uji missing data dan 5) uji outlier.

Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Dalam regresi X1,X2,X3,…Xn terhadap Y, apabila X1,X2,X3 …Xn saling berkombinasi linier atau berhubungan linier secara sempurna satu sama lain maka mereka saling tergantung (dependen). Dalam kasus ini koefisien regresi parsial tidak diperoleh karena persamaan normal tidak terselesaikan karena estimasi kuadrat terkecil tidak dapat dihitung. Saling tergantung secara sempurna jarang terjadi dalam penelitian. Akan tetapi masalah khusus, yang disebut dengan multikolinier bisa terjadi.
Multikolinieritas terjadi apabila dua atau lebih variabel bebas saling berkorelasi kuat satu sama lain. Bila terjadi multikolinieritas, estimasi kuadrat terkecil dapat dihitung tetapi terjadi kesulitan untuk menginterpretasikan efek dari tiap-tiap variabel.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan menghitung koefisien korelasi ganda dan membandingkannya dengan koefisien korelasi antar variabel. (keterangan lebih lanjut dan contoh aplikasinya dapat dilihat di slideshare dengan judul yang sama pada konten ini).
Uji Heterokedasitas
Heterokedastisitas terjadi dalam regresi apabila varian error (εi) untuk beberapa nilai x tidak konstan (berubah-ubah). Pendeteksian konstan dan tidaknya varian error konstan dapat dilakukan dengan menggambar grafik antara dengan residu (). Apabila garis yang membatasi sebaran titik-titik relatif paralel maka varian error dikatakan konstan. (keterangan lebih lanjut dan contoh aplikasinya dapat dilihat di slideshare dengan judul yang sama pada konten ini).
Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi dalam regresi apabila dua error dan tidak independent atau . Autokorelasi biasanya terjadi apabila pengukuran variabel dilakukan dalam interval waktu tertentu. Hubungan antara dengan dapat dinyatakan dalam persamaan matematika berikut:


menyatakan koefisien autokorelasi populasi, apabila = 0, maka autokorelasi tidak terjadi. Apabila autokorelasi terjadi, maka akan mendekati +1 atau -1. Memprediksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan diagram antara grafik dengan sangat sulit. Deteksi autokorelasi umumnya dilakukan dengan uji statistik Durbin-Watson dengan menggunakan rumus matematika :


Nilai d berkisar antara 0 dan 4, yaitu 0 ≤ d ≤ 4. Autokorelasi tidak terjadi apabila nilai d = 2. apabila terjadi autokorelasi possitif, maka selisih antara et dengan et-1 sangat kecil dan d mendekati 0, sebaliknya, apabila terjadi autokorelasi negatif, maka selisih antara et dengan et-1 relatif besar dan d mendekati 4. (keterangan lebih lanjut dan contoh aplikasinya dapat dilihat di slideshare dengan judul yang sama pada konten ini).

Uji Missing Data
Missing data atau missing value adalah informasi yang tidak tersedia untuk sebuah subyek (kasus). Dalam terminologi SPSS, missing data adalah adanya sel-sel kosong pada satu atau beberapa variabel. Missing data terjadi karena informasi untuk sesuatu tentang obyek tidak diberikan, sulit dicari atau memang informasi tersebut tidak ada.
Sebagai contoh, pada data umur atau usia responden dan data gaji, bisa saja ada responden yang karena alasan pribadi tidak bersedia memberikan informasi tentang gaji mereka dan usia mereka.
Missing data sebenarnya tidak bermasalah bagi keseluruhan data, apalagi jika jumlahnya hanya sedikit, misalnya hanya sekitar 15% dari seluruh data. Namun jika persentase data yang hilang tersebut cukup besar, maka perlu dilakukan pengujian apakah data yang mengandung banyak missing tersebut masih layak diproses lebih lanjut ataukah tidak. (keterangan lebih lanjut dan contoh aplikasinya dapat dilihat di slideshare dengan judul yang sama pada konten ini).

Uji Outlier
Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dari data-data yang lainnya. Sebagai contoh, data dari 100 tinggi badan mahasiswa UNDIKSHA Singaraja-Bali, ternyata ditemukan adanya data tinggi badan 199 cm. tinggi badan tersebut jelas bersifat ekstrim dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan orang asia pada umumnya, misalnya sekitar 160 cm sampai 175 cm. data 199 cm inilah yang disebut dengan data outlier. Data outlier bisa terjadi karena beberapa hal:
kesalahan dalam pemasukan data. Terkait dengan contoh diatas, ternyata data yang seharusnya 166 cm dimasukkan menjadi 199cm.
kesalahan pada pengambilan sampel. Terkait dengan contoh di atas, mereka mengambil sampel orang bule yang kuliah di sana.
Memang ada data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Terkait dengan contoh di atas, memang ada banyak mahasiswa UNDIKSHA yang benar-benar mempunyai tinggi badan 199 cm.
(keterangan lebih lanjut dan contoh aplikasinya dapat dilihat di slideshare dengan judul yang sama pada konten ini).


Referensi:
Candiasa, I Made. 2007. Statistik Multivariat disertai Petunjuk Analisis dengan SPSS. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Santoso, Singgih. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

MEMBUAT DAFTAR ISI AUTOMATIS

Yang punya ilmu komputer berlebihan, mungkin akan tertawa dengan konten yang saya tawarkan kali ini, tapi yang jelas bukan untuk mereka tulisan ini ditujukan. Saya hanya sedikit perihatin dengan kawan-kawan mahasiswa yang begitu capek membolak balik halaman skripsi atau tesis-nya mencari nomor halaman tentang topik/sub judul yang akan ditampilkan dalam daftar isi sksirpsi atau tesis tersebut. Apalagi kalau skripsi atau tesis yang dibuat tebalnya tidak main (200 keatas) bisa anda bayangkan bagaimana pekerjaan itu begitu menyita waktu.
Komputer dengan software yang kita miliki sebenarnya bertujuan untuk membantu pekerjaan kita menjadi lebih mudah, namun karena kurang teliti atau karena kurang perhatian untuk mau belajar menyebabkan kita menjadi budak teknologi.
Baiklah… saudaraku mungkin tidak sabaran. Untuk membuat daftar isi otomatis caranya begini: Pertama : ketik saja dulu semua konten yang anda mau tulis, sebaiknya pengaturan halaman (merapikan dan segala macamnya) dilakukan setelah semuanya tertulis. Kedua: Setelah selesai menulis konten tersebut, sekarang beralihlah ke judul, misalnya judul pertama: BAB I PENDAHULUAN, blok ‘BAB I PENDAHULUAN’ dan pilih menu style ‘Heading I’, untuk sub judul seperti A. Latar Belakang, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian dan Seterusnya pilih ‘Heading 2’ begitu juga dengan anak dari sub judul pilih ‘Heading 3’.
Langkah ketiga: masuklah ke halaman terakhir dari skripsi atau tesis anda (setelah daftar pustaka) Ketik dulu Daftar Isi, Kata pengantar dan sebagainya yang tidak masuk ke dalam halaman inti tulisan. Dan letakkan kursos di bawahnya. Lalu pilih
INSET Reference Index and Table. Sehingga muncul kotak dialog Index and Table. Pilih Table of Contents lalu tekan OK.

Contoh Aplikasi
Langkah 1

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN
D.1 MANFAAT TEORETIS
D.2 MANFAAT PRAKTIS

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI AAAA
KONSEP BDAADA
PENELITIAN YANG RELEVAN

Langkah kedua
Pilih Menu Insert toolbar, lalu klik Reference dan pilih Index anda Table


Mucul kotak seperti ini (pilih table of content) lalu OK



Selamat Mencoba… mudah-mudahan bermanfaat….

Sabtu, 10 Oktober 2009

Cara Mudah Menyusun Instrumen Penelitian

Orang bilang, menyusun instrumen penelitian itu tidaklah mudah, orang juga bilang kalau penelitian itu begitu sulit, bahkan banyak orang meminta bantuan orang lain untuk menyusun instrumen penelitian mereka dengan harga yang tidak sedikit.
Lewat blog ini, Anda akan tahu bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini, tergantung bagaimana cara anda menyikapinya, maksud saya harus ada keinginan untuk berbuat (belajar dan belajar...), sama seperti halnya, bahwa tidak ada yang gratisan di dunia ini, kecuali udara dan sinar matahari yang jumlahnya melimpah.
Lantas bagaimana caranya menyusun instrumen penelitian? Langkah-langkah berikut akan membantu Anda untuk lebih mudah memahami apa yang kita bicarakan disini:
Lakukan pengkajian literatur sebanyak mungkin terkait dengan variabel atau masalah yang ingin anda teliti.
Dari sekian banyak teori yang ada dalam literatur yang anda baca itu, tidak semuanya dipasang dalam landasan teori, tetapi teori yang mana yang menurut anda lebih sesuai untuk anda gunakan dalam penelitian anda (untuk penelitian kuantitatif), tetapi kalau penelitian kualitatif, teori-teori yang anda baca ini hanya sebagai pengarah saja, karena kita tidak bertujuan untuk menguji teori yang ada, namun lebih cenderung bertujuan untuk melahirkan teori baru yang dibangun berdasarkan fakta/data.
Dari teori-teori yang anda peroleh melalui kajian literatur tersebut, di dalamnya pasti menyangkut unsur atau elemen atau dimensi-dimensi yang membangun teori tersebut, misalnya teori kinerja guru. Kinerja Guru ini memiliki dimensi-dimensi yang membangunnya seperti : (a) kualitas kerja, (b) kecepatan dan ketepatan, (c) inisiatif, (d) kemampuan, dan (e) komunikasi. (penulis mengacu kepada teorinya Mitchell (1978). dan pastikan bahwa anda juga melakukan hal ini dengan baik. sekali lagi pilih salah satu teori yang menurut anda dapat mendukung penelitian anda.
Jabarkan dimensi-dimensi tersebut ke dalam sub dimensi atau indikator-indikator (penunjuk).
Setelah itu buatlah pertanyaan untuk masing-masing indikator
Ke lima langkah ini sebenarnya sama dengan langkah menyusun kisi-kisi instrumen. Nah itu dia, sebelum menyusun instrumen jangan lupa, agar pekerjaan anda lebih terarh dan terukur, buatlah dulu kisi-kisi (rancangan) instrumen anda.
Selanjutnya langkah yang berikutnya adalah:
Lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap tes atau kuesioner yang sudah anda buat pada point 5.
Validitas adalah kemampuan alat ukur (instrumen) untuk mengukur apa yang hendak diukur dalam hal ini kinerja guru, sedangkan reliabilitas adalah keajegan, ketetapan, alat ukur bila digunakan untuk mengukur hal yang sama pada kondisi atau tempat yang berbeda.
Dari point 6, anda akan tahu mana soal yang baik dan tidak baik, soal-soal yang baik inilah yang akan anda gunakan sebagai instrumen dalam penelitian anda.
Selengkapnya bisa anda Download di Slideshare.

Analisis Data Dalam Penelitian Kuantitatif

Setelah data terkumpul, tugas kita selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap data-data tersebut dan menginterpretasikan hasilnya untuk dimasukkan ke dalam laporan hasil penelitian (skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah lainnya). Tujuan utamanya adalah agar kita dapat menjawab masalah penelitian yang telah diajukan dalam rumusan masalah. Selain itu juga agar orang lain dapat memahami makna-makna dari data yang kita peroleh. Sehingga memunculkan pengetahuan baru mengenai masalah yang dikaji.
Kesulitan utama rekan-rekan mahasiswa dalam penelitiannya sebagaimana telah dikupas dalam berbagai artikel di blog ini (baca 17 kesalahan fatal mahasiswa dalam melakukan penelitiannya), salah satunya adalah dalam melakukan analisis data menggunakan rumus-rumus statistik. Banyak pertanyaan yang diajukan ke blog ini melalui via SMS dan telepon, yang menanyakan bagaimana data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis, padahal dalam bab III (skirpsi ataupun tesis) umumnya sudah dibeberkan panjang lebar alat ukur dan metode/teknik analisis apa yang akan digunakan untuk menganalisis data penelitiannya.
Saya berharap saudaraku tidak beranjak dari halaman ini, sebelum mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada sesi ini, saya akan menuliskan beberapa langkah yang harus saudaraku lakukan dalam menganalisis data penelitian yang sudah ada di kertas kerja atau di komputer saudaraku. Tapi sebelumnya kita harus memahami dulu tipe data yang akan dianalisis barulah kita bisa berbicara tentang bagaimana menganalisisnya.
Jenis-jenis data dalam penelitian menurut skala pengukurannya, dibagi menjadi empat macam yaitu: 1) Data Nominal, 2) Data Ordinal, 3) Data Interval dan 4) Data Rasio.
Data nominal adalah data yang diberikan pada objek atau kategori yang tidak menggambarkan kedudukan objek atau kategori tersebut terhadap objek atau kategori lainnya, tetapi hanya sekadar label atau kode saja. Data ini hanya mengelompokkan objek/kategori ke dalam kelompok tertentu. Data ini mempunyai dua ciri, yaitu: 1) kategori data bersifat saling lepas (satu objek hanya masuk pada satu kelompok saja), 2) kategori data tidak disusun secara logis.
Contohnya: Jenis kelamin : 1 untuk pria dan 0 untuk wanita
Data ordinal adalah data yang penomoran objek atau kategorinya disusun menurut besarannya, yaitu dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan jarak/rentang yang tidak harus sama. Data ini memiliki ciri seperti pada ciri data nominal ditambah satu ciri lagi, yaitu kategori data dapat disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.
Contoh : Mengubah nilai ujian ke nilai prestasi, yaitu: nilai A (80 – 100); B (65 – 79); C (55 – 64); D (45 – 55) dan E (0 – 44).
Data interval adalah data di mana objek/kategori dapat diurutkan berdasarkan suatu atribut yang memberikan informasi tentang interval antara tiap objek/kategori yang sama. Besarnya interval dapat ditambah atau dikurangi. Data ini memiliki ciri yang sama dengan data ordinal ditambah satu ciri lagi yaitu urutan kategori data mempunyai jarak yang sama.
Contoh: A B C D E dan 1 2 3 4 5 dst.
Data rasio adalah data yang memiliki sifat-sifat data nominal, ordinal dan interval, dilengkapi dengan titik nol absolut dengan makna empiris. Karena terdapat angka nol maka pada data ini dapat dibuat perkalian atau pembagian. Angka pada data adalah ukuran yang sebenarnya dari objek/kategrori yang diukur.
Contoh: nilai mahasisa A = 60 dan nilai mahasiswa B = 90, maka nilai B adalah 1,5 kali nilai A.
Nah… sekarang setelah kita mengetahui jenis-jenis data tersebut, barulah kita sesuaikan dengan teknik analisis yang akan digunakan. Ups…. Tunggu dulu… sebelum melakukan analisis statistik terhadap data yang saudaraku kumpulkan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis ini terdiri dari empat bagian: 1) uji normalitas data, 2) uji linieritas data, 3) uji homogenitas data, 4) minimal data berskala interval. Untuk lebih jelasnya mengenai uji persyaratan analisis data ini, saya sudah menyediakan konten yang bisa didownload dengan gratis…tingal klik saja konten dengan judul “Uji Persayaratan Analisis” pada kotak Slideshare. Di sana saya menyediakan materi dan contoh-contoh lengkap dengan aplikasi SPSS. Selamat belajar dan semoga sukses selalu.
Tidak ada jalan lain untuk mencapai kebahagiaan selain keinginan untuk berbagi dan berbagi….kalau saudaraku suka artikel ini silahkan masukkan komentar pada kolom komentar di bawah (kalau konten ini ada di halaman utama) klik dulu judulnya, barulah kotak komentar bisa terlihat. Terima kasih.

Senin, 05 Oktober 2009

PENGANTAR EVALUASI PROGRAM

APA ITU EVALUASI?
Lain orang lain pula pemaknaan mereka ketika menggunakan kata" evaluasi". Mereka mungkin juga "melakukan" evaluasi dengan jalan yang berbeda, menggunakannya untuk tujuan yang berbeda, atau penggunaan standard berbeda untuk memutuskan apakah suatu evaluasi baik yang baik harus kelihatan baik. Jika kamu ingin menunjukkan dengan tepat makna apa yang dimaksudkan oleh seseorang , kamu harus menemukan sejumlah hal. Ini adalah sepuluh pertanyaan yang akan membantu kamu meringkas apa yang dimaksudkan seseorang ketika memperbicangkan tentang evaluasi. Kamu dapat menggunakan sepuluh mempertanyakan ini untuk menemukan apa yang orang lain maksudkan ketika mereka memperbicangkan tentang atau meminta untuk kamu melakukan evaluasi. Paling utama, sepuluh pertanyaan ini akan membantu kamu memperjelas apa yang kamu maksudkan ketika kamu menggunakan kata" evaluasi" atau bagaimana kamu akan menggambarkan nya dilain waktu jika kamu melihatnya.

Bagaimana evaluasi didevinisikan? Apakah yang merupakan corak yang unik dari suatu evaluasi? Bagaimana anda mengetahui ketika kamu lihat satu? Bagaimana cara membedaknnya dengan berbagai hal seperti " pengukuran" atau " penelitian?" Apakah evaluasi yang mengajukan test dan daftar pertanyaan? Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan? Menentukan apakah tujuan telah dicapai? Penilaian sesuai? Atau sesuatu yang lainnya?

Untuk pertanyaan ini, Anda bisa melihat definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, diantaranya, definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler,1950:69). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Maclcolm, Provus, pencetus Discrepancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Akhir-akhir ini telah dicapai sejumlah konsensus antar evaluator tentang arti evaluasi, antara lain yaitu penilaian atas manfaat atau guna (Scriven, 1967; Glass 1969; Stufflebeam, 1974). Joint Committee (1981) mendefinisikan evaluasi sebagai penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa objek.
Kelompok Konsorsium evaluasi Standford menolak definisi evaluasi yang menghakimi (judgmental definition of evaluation). Karena menurut mereka bukanlah tugas evaluator menentukan apakah suatu program berguna atau tidak. Evaluator tidak dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain (Cronbach, 1982).

Untuk apa evaluasi dilakukan? Kenapa evaluasi dilakukan? Apa tujuan evaluasi? Apa fungsi evalusi? Apakah itu dilaksanakan untuk melayani pengambilan keputusan? Untuk menyampaikan pertanggungjawaban? Untuk akreditasi atau sertifikasi? Untuk memotivasi orang-orang? Untuk merubah dan memperbaiki program? Atau untuk beberapa alasan lain?

Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Kemudian Stufflebeam juga membedakan sesuai dengan Scriven yaitu Proactive evaluation untuk melayani pemegang keputusan, dan Retroactive evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi mempunyai dua fungsi yaitu formatif untuk keperluan perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk dan sebagainya). Fungsi sumatif digunakan sebagai pertanggungjawaban, keterangan, seleksi dan atau lanjutan.

Apakah yang merupakan object evaluasi? Apa yang bisa atau harus dievaluasi? Apakah " berbagai hal" itu diharapkan untuk mengevaluasi para siswa, para guru, proyek, program, institusi atau sesuatu selain itu?

Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Siswa atau mahasiswa sudah merupakan objek yang populer bagi evaluasi pendidikan. Yang lain-lainnya seperti proyek atau program institusi pendidikan yang sekarang menjadi objek evaluasi yang semakin populer. Penting sekali untuk menentukan dan mengetahui apa yang akan dievaluasi. Hal ini akan menolong untuk menentukan apa informasi yang dikumpulkan dan bagaimana menganalisanya. Hal ini akan membantu pemfokusan evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas juga akan menghindari salah tafsir dan kesalahpahaman.

Apa aspek dan dimensi dari suatu obyek perlu penyelidikan evaluasi? Pertanyaan apa yang harus ditujukan tentang apapun juga yang dievaluasi? Apa jenis informasi yang harus dikumpulkan? Apakah aspek-aspek obyek sumber daya yang harus dievaluasi, dampak atau hasil, proses implementasi, staff dan klien, tujuan dan rencana, biaya dan manfaat, kebutuhan, karakteristik organisatoris, atau sesuatu selain itu?

Setelah memiliki objek yang akan dievaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Di waktu-waktu sebelumnya evaluasi berfokus kebanyakan atas hasil yang dicapai, jadi untuk mengevaluasi objek pendidikan misalnya lokakarya, berarti mengevaluasi hasil lokakarya yaitu hasil yang telah dicapai peserta. Akhir-akhir ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas atau memperbanyak variabel evaluasi dalam bermacam-macam model evaluasi (Stake, 1967; Stufflebeam, 1959, 1974; Alkin 1969; Provus, 1971). Model CIPP dari Stufflebeam mengemukakan evaluasi yang berfokus pada empat aspek yaitu:
Konteks
Input
Proses Implementasi
Produk
Karena pendekatan ini maka evaluasi lengkap terhadap evaluasi pendidikan akan menilai misalnya: a) manfaat tujuannya, b) mutu rencana, c) sampai sejauhmana tujuan dijalankan, dan d) mutu hasilnya. Jadi evaluasi hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training, implementasi, transaksi, dan hasil training.

Kriteria apa harus digunakan untuk menilai suatu obyek? Bagaimana anda melakukan interpretasi terhadap penemuan itu? Bagaimana cara untuk mengumpulkan informasi? Bagaimana nantinya Anda memutuskan jika obyek adalah " baik" atau " tidak baik?" Apakah kriteria mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, ketetapan kepada rencana, menjawab untuk mengidentifikasi kebutuhan, prestasi tentang tujuan sosial atau ideal, perbandingan dengan object alternatif, kesetiaan kepada hukum dan petunjuk, penyesuaian dengan harapan pendengar (audience), atau sesuatu selain itu?

Memilih kriteria yang akan dipakai untuk menilai objek evaluasi merupakan tugas yang paling sulit dalam evaluasi pendidikan. Apabila yang diacu hanya pencapaian tujuan, maka ini memang pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian daripada isu kriteria evaluasi. Pencapaian tujuan-tujuan yang penting memang merupakan salah satu kriteria yang penting. Kriteria lainnya yaitu identifikasi kebutuhan dari klien yang potensial, nilai-nilai sosial, mutu, dan efisiensi dibandingkan dengan objek-objek alternatif lainnya. Tampaknya ada persetujuan diantara ahli evaluator bahwa kriteria yang dipakai untuk menilai suatu objek tertentu hendaknya ditentukan dalam konteks objek tertentu dan fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu objek adalah:
Kebutuhan, ideal, dan nilai-nilai
Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan.
Ketepatan efektifitas training
Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya. Kriteria yang ganda (multiple) hendaknya sering dipakai

Siapa yang harus dilayani oleh suatu evaluasi? Siapakah klien? Siapakah pendengar (audience) untuk evaluasi? Siapa yang membutuhkan informasi untuk dilayani? Apakah itu dilaksanakan untuk diri sendiri, para siswa, staff, agen pendanaan, kalayak ramai, atau sesuatu selain itu?

Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat atau berguna, maka evaluasi itu harus berguna untuk klien atau audien khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan siapa audien yang tepat. Namun ada tiga hal yang diusulkan penulis sehubungan dengan tulisan ini, yaitu:
evaluasi dapat mempunyai lebih dari seorang audien
masing-masing audien mungkin punya kebutuhan yang berbeda.
audien khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana evaluasi.

Apa langkah-langkah dan prosedur dilakukan dalam melakukan suatu evaluasi? Bagaimana anda memulai suatu evaluasi dan bagaimana anda berproses? Langkah-langkah apakah yang utama dari suatu proyek evaluasi? Apakah itu urutan " terbaik" untuk melaksanakan suatu evaluasi?

Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada bermacam-macam cara. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi yaitu:
Memfokuskan evaluasi
Mendesain evaluasi
Mengumpulkan evaluasi
Menganalisis informasi
Melaporkan informasi
Melaporkan hasil evaluasi
Mengelola evaluasi
Mengevaluasi evaluasi (meta evaluasi)

Metode penemuan apa yang harus digunakan dalam evaluasi? Bagaimana anda mengumpulkan informasi? Disain penemuan seperti apa harus digunakan dalam evaluasi? Metodologi Apakah " yang terbaik" untuk test evaluasi dan daftar pertanyaan, panel tenaga ahli, disain bersifat percobaan, survey dan correlational studi, etnografi dan studi kasus, " dewan juri" percobaan, pendekatan naturalistic, atau beberapa pendekatan lain ?

Kiranya pendekatan electic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971) memperkenalkan beberapa variasi metode dalam evaluasi, di samping desain eksperimen dan kuasi eksperimen yang tradisional (Campbell dan Stanley, 1963), dengan metode naturalistik (Guba dan Lincoln, 1981; Patton,1980), Jury Trials (Wolf,1975) dengan analisis sistem, dan banyak lainnya merupakan metode yang sudah lazim dipakai dalam evaluasi program.

Apa yang sebaiknya dilakukan evaluasi? Penilai seperti apa yang Anda perlukan dipekerjakan? Ketrampilan seperti apa perlu dimiliki oleh seorang evaluator? Apa yang menjadi otoritas dan tanggung-jawab dari seorang penilai? Perlukah spesialis evaluasi atau suatu ahli bidang untuk dilibatkan dalam evaluasi, staff reguler, atau sesuatu selain itu?

Untuk menjadi kelompok profesional evaluator dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu yang memerlukan latihan yang memadai. Untuk menjadi seorang evaluator yang kompetendan dapat diandalkan ia harus mempunyai kombinasi berbagai ciri, antara lain: mengetahui dan mengerti teknik pengukuran, dan metode penelitian, mengerti tentang kondisi sosial, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human relation, jujur, serta bertanggung jawab. Karena sulit mencari orang yang mempunyai begitu banyak kemampuan, maka sering evaluasi dilakukan oleh suatu tim.

Dengan standar apa evaluasi dinilai? Bagaimana anda mengetahui bahwa evaluasi yang anda lakukan adalah evaluasi yang baik? Apakah karakteristik suatu evaluasi? Bagaimana anda mengevaluasi suatu evaluasi? Perlukah evaluasi menjadi bermanfaat dan praktis, menyediakan informasi dapat dipercaya dan akurat, realistis, hemat dan bijaksana, diselenggarakan menurut hukum dan secara etis, objektif dan ilmiah, atau haruskah hal lain? Seperti yang disebutkan pada awal bagian ini, kesepuluh pertanyaan ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi terdapat dua cara di mana yang sepuluh pertanyaan dapat lebih bermanfaat:
Digunakan untuk mengatur persepsi Anda sendiri, apa yang Anda maksud dengan evaluasi.
Digunakan untuk memahami orang lain apa yang dimaksud dengan evaluasi oleh orang lain.

Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi pendidikan. Standar yang paling komprehensif dan rinci dikembangkan oleh Committee on Standard of Educational Evaluation (Joint committee, 1981)
Dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:
Utility (bermanfaat dan praktis)
Accuracy (secara teknik tepat)
Feasibility (realistik dan teliti)
Propriety (dilakukan dengan legal dan etik)

Tidak ada satu evaluasi pun dapat diharapkan mencapai standar tersebut, dan sampai sejauh mana kesepakatan evaluator akan kepentingan standar tersebut masih perlu ditentukan. Lee J. Cronbach (1980) mengatakan bahwa standar yang digunakan untuk melakukan evaluasi mungkin tak sepenting konsekuensinya. Ia mengatakan evaluasi yang baik adalah yang memberikan dampak yang positif bagi perkembangan program.


Referensi:
Brinkerhoff, Robert O. et.all. 1983. Program Evaluation A Practitioner’s Guide For Trainers and Educator. Kuwer-Nijhoff Publishing. Boston
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

17 Kesalahan Fatal Mahasiswa Dalam Melakukan Penelitian (Lanjutan)

7. Kesalahan Umum Dalam Penelitian Sejarah
Suatu area penelitian yang dipilih tidak memiliki cukup bukti yang tersedia untuk dilakukannya penelitian atau menguji hipotesis yang cukup.
Menggunakan sumber informasi sekunder yang berlebihan yang seringkali dihadapkan pada peristiwa terbaru.
Mencoba untuk bekerja pada suatu lapangan penelitian dan menggambarkan masalah dengan kurang baik.
Gagal untuk mengevaluasi data historisnya.
Membiarkan bias pribadi mempengaruhi prosedur penelitiannya.
Laporan mahasiswa menceriterakan fakta tetapi tidak manyatukan atau mengintegrasikan fakta ini ke dalam generalisasi yang penuh makna.

8. Kesalahan Umum Penelitian Deskriptif
Mahasiswa tidak merumuskan sasaran hasil/tujuan dengan jelas dan rinci.
Menghubungkan perosedur pengumpulan datanya dalam satu langkah umum dan dengan demikian gagal untuk mendapatkan data kuantitatif khusus untuk masalah ini.
Memilih sampel atas dasar kemudahan/kenyamanan bukannya mencoba untuk memperoleh suatu sampel acak
Tidak merencanakan analisa setelah data dikumpulkan
Struktur alat pengumpul datanya ( daftar pertanyaan, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan seterusnya) sedemikian sehingga diperoleh hasil yang bias.

9. Kesalahan Umum Dalam Studi Kuesioner
Mahasiswa menggunakan kuesioner dalam bekerja dengan permasalahan yang lebih baik untuk dikaji dengan tekni penelitian yang lain
Memberi perhatian yang sedikit kepada pengembangan kuesioner ini dan gagal untuk melakukan pretest terhadapnya.
Menanyakan banyak pertanyaan, dengan begitu tidak beralasan dengan waktu yang dibutuhkan responden untuk menyelesaikannya.
Mengabaikan rincian format, tatabahasa, pencetakan, dan dengan begitu, jika diamati/diobservasi, memberi kesan pertama yang kurang baik kepada responden
Gagal untuk memeriksa suatu sampel yang bukan responden pada kemungkinan terjadinya bias.

10. Kesalahan Umum Dalam Studi Wawancara
Para mahasiswa tidak merencanakan dengan cukup wawancara yang dilakukan atau mengembangkan suatu pedoman wawancara dengan lebih terperinci.
Tidak melakukan latihan/praktek mewawancarai yang cukup untuk memperoleh ketrampilan diperlukan.
Gagal menetapkan perlindungan terhadap bias pewawancara.
Tidak membuat ketentuan untuk menghitung reliabilitas data wawancaranya.
Menggunakan bahasa yang tidak pahami oleh responden.
Meminta informasi dari responden yang tidak memiliki informasi yang diharapkan

Kesalahan Umum Dalam Studi Observasi
Para mahasiswa tidak melatih kemampuan observasinya dengan baik begitu data yang diperoleh tidak dapat dipercaya.
Menggunakan suatu format pengamatan yang menuntut terlalu banyak hal yang diobservasi.
Gagal untuk mengambil surat pengantar yang cukup mengkanter gangguan yang dihadapi observer atau mengubah situasi yang diamati.
Mencoba untuk mengevaluasi perilaku yang terjadi dengan data yang jarang didapat melalui pengamatan.



Kesalahan Umum Dalam Analisa Isi (content analysis)
Para mahasiswa memilih isi yang tersedia dengan mudah tetapi tidak merepresentasikan suatu sampel yang tidak bias dalam keseluruhan isi yang berhubungan dengan tujuan penelitiannya.
Gagal untuk menentukan reliabilitas dari prosedur content analysis (analisis isi)
Menggunakan penggolongan kategori yang tidak menyeluruh dan spesifik.


13. Kesalahan Umum Dalam Studi Hubungan
Mahasiswa mengasumsikan hasil penelitian causal-comparative atau correlational untuk membuktikan suatu penyebab dan dampak hubungan
Menggunakan sampel dalam penelitian causal-comparative yang berbeda padahal variabel yang bersangkutan memiliki berpedaan yang sangat banyak, hal ini menghasilkan perbandingan kelompok yang dilakukan tidak dapat menghasilkan hasil bisa diinterpretasikan.
Mencoba mengkaji penyebab yang mungkin dalam pola perilaku yang digambarkan yang benar-benar meliputi salah satu dari sub-sub kelompok yang tidak sama. Ini pada umumnya menyebabkan munculnya suatu hasil yang berlawanan dan dikacaukan dengan tidak ada hubungan yang murni.
Mencoba untuk membangun suatu kajian correlational di sekitar data yang tersedia sebagai ganti pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan suatu kajian yang bermanfaat belajar.
Memilih variabel yang telah ditemukan sebelumnya dan tidak produktif untuk dikorelasikan.
Gagal untuk menggunakan teori psikologis dan bidang pendidikan dalam memilih variabel untuk pengkajian penelitian korelasi.
Menggunakan teknik korelasi sederhana dalam studi korelasi parsial atau berbagai korelasi yang diperlukan untuk memperoleh satu gambaran jernih tentang cara variabel beroperasi.
Menerapkan tabel yang memberi arti tingkat koefisien korelasi Pearsonian pada bukan korelasi Pearsonian, yang sering menyebabkan hasil hubungan yang nonsignificant menjadi hubungan signifikan
Menggunakan pendekatan "cara pintas/shot gun" dalam penelitian studi hubungan.
Gagal untuk mengembangkan ukuran ukuran yang memuaskan untuk digunakan dalam studi korelasi tentang pola perilaku atau ketrampilan yang kompleks.

14. Kesalahan Umum Dalam Disain Yang Bersifat Percobaan (Eskperimen)
Mahasiswa membiarkan perbedaan terjadi antara perlakuan yang bersifat percobaan dan kelompok kontrol yang mendorong kearah penemuan yang bias.
Menggunakan terlalu sedikit kasus, yang mengarahkan kepada kesalahan sampling yang begitu besar dan hasil tidak signifikan.
Gagal untuk membagi kelompok yang utama ke dalam sub-sub kelompok dalam situasi dimana analisa sub-sub kelompok menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat
Menyesuaian subjeknya dalam kontrol group desain pada variabel yang tidak memiliki hubungan dengan variabel yang dependent.
berusaha menyesuaikan tiga atau empat variabel, yang sebagian besar subjeknya salah dan tidak sesuai
Mencoba untuk menggunakan disain counter-balanced untuk permasalahan di mana masing-masing perlakuan cenderung untuk mengubah tujuan pada perlakuan berikutnya.

15. Kesalahan Umum dalam Penelitian Tindakan
Guru memilih permasalahan sepele untuk diberikan tindakan melalui penelitian tindakan.
Proyek dimulai sebelum para guru yang yang dilibatkan mempunyai pemahaman dan secara khusus menggambarkan permasalahan mereka.
Guru gagal untuk mengkaji dan mengevaluasi sumber sekunder yang penting yang bersangkutan dengan masalah tersebut.
Guru gagal untuk memperoleh bantuan konsultan atau mencari bantuan setelah kekeliruan dalam melakukan proyek penelitian tidak dapat diperbaiki.

16. Kesalahan Umum Dalam Memproses Data
Gagal melakukan kegiatan secara sistematis dalam skoring dan merekam data.
Tidak merekam detil dan variasi dalam prosedur skoring ketika membuat skoring dan kemudian tidak mampu untuk mengingat apa yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah diuraikan dalam disertasinya
Tidak memeriksa kesalahan skoring
Merubah prosedur skoring ketika sedang dalam proses skoring data penelitiannya.

17. Kesalahan Umum Dalam Menyiapkan Laporan
Mahasiswa gagal menyiapkan salinan draft informasi yang meliputi disertasinya disaat ia masih mempunyai memori yang segar.
Meletakkan semua pekerjaannya pada sebuah naskah sampai penelitiannya sudah selesai.
Mengorganisir kajian literaturnya secara kronologis sebagai ganti atau mengatur artikel penelitian ini ke dalam topik terkait.
Perlakukan studi masing-masing merujuk kepada" kajian literatur" dalam slide mekanis, mempersembahkan ruang pada masing-masing spasi yang sama besarnya dengan mengabaikan ketepatan atau arti penting.
Gagal untuk mengintegrasikan penemuan dengan kajian literaturnya.
Menggunakan terlalu banyak kutipan dan memilih kutipan yang tidak penting seperti halnya mahasiswa menggunakan kata-katanya sendiri.
Memberikan suatu uraian yang tidak menggambarkan sampel dan ukuran penelitian yang digunakan
Mendiskusikan penemuan kecil yang dianggap lebih baik di balik meja dan gagal untuk menekankan penemuan penting.

Jika anda tertarik dengan materi ini, silahkan masukkan komentar anda! Sebagai bahan perbaikan bagi kami di lain waktu. Terimakasih

Jumat, 02 Oktober 2009

Menggabungkan Metode Kuantitatif dan Kualitatif

Pendahuluan
Penggabungan dua metode yang berbeda (kuantitatif dan kualitatif) dalam sebuah penelitian menjadi isu hangat ditahun-tahun terakhir, tetapi juga memunculkan permasalahan tersendiri antara paradigma-paradigma pada tingkat epistemologi dan teori. Hal ini tentunya juga dikarenakan literatur-literatur metodologi penelitian yang beredar lebih banyak mengupas tentang perbedaan kedua metode pendekatan tersebut daripada buku teks yang memberikan petunjuk untuk melakukan penelitian multi metode (metode ganda).
Tulisan ini tidak bertendensi untuk mengarahkan pikiran dan keputusan anda menuju kepada keharusan untuk melakukan penggabungan metode dalam sebuah penelitian, keputusan untuk hal ini tergantung dari paradigma dan teori yang dianut/digunakan serta masalah yang diteliti. Tulisan sederhana ini hanya mencoba mengupas, kemungkinan melakukan penggabungan dan teknik-teknik penggabungan metode dalam sebuah penelitian berdasarkan teori-teori yang ada. Dengan harapan dapat menambah khasanah keilmuan dalam melakukan penelitian.

Apa yang dimaksud dengan Pardigma?
Bogdan dan Biklen (1982:32) mendefinisikan paradigma sebagai kumpulan yang longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Sedangkan Kuhn (1962 dalam The structure of scientific revolutions mendeifinisikan paradigma ilmiah sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, contoh-contoh termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama-sama—yang menyediakan model yang darinya muncul tradisi koheren dari penelitian ilmiah.
Sementara itu, dari pandangan Kuhn diatas, Hormon (1970) mendefisinikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.
Capra (1996) mendefinsikan paradigma sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya.
Ihalauw (2000), mengemukakan konsep paradigma dalam dua pemahaman. Pertama, paradigma dipahami sebagai sebuah citra fundamental (baik yang sedang berlaku ataupun yang baru sebagai hasil dari revolusi keilmuan) dari permasalahan pokok dalam sebuah ilmu. Kedua, paradigma sebagai titik pandang disertai seperangkat asumsi yang merepresentasikan gagasan ilmiah.
Baker (1992) dalam Paradigms: The Business of Discovering the Futur mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal: 1) hal itu membangun atau mendefinisikan batas-batas; dan 2) hal itu menceritakan kepada Anda bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa berhasil.
Berdasarkan beberapa definisi paradigma tersebut, dapat dipahami bahwa paradigma merepresentasikan landasan ontologi dan epistemologi suatu gagasan. Sebagai cara pandang atau citra fundamental, dalam paradigma tersurat dan tersirat gagasan apa yang harus diteliti dan bagaimana cara menelitinya.
Dalam perkembangannya, terdapat banyak macam paradigma, namun yang mendominasi ilmu pengetahuan sekarang ini adalah paradigma ilmiah (scentific paradigm) yang bersumber dari pandangan positivisme dan paradigma alamiah (naturalistic paradigm) yang bersumber dari pandangan fenomenologis.
Lincoln dan Guba (1985:37) memberikan perbedaan dua paradigma tersebut dari beberapa aksioma sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut:

Aksioma Tentang Paradigma Ilmiah Paradigma Alamiah
Hakikat kenyataan Kenyataan adalah tunggal, nyata dan fragmentaris Kenyataan adalah jamak, dibentuk, dan merupakan keutuhan
Hubungan pencari tahu dengan yang tahu Pencari tahu dan yang tahu adalah bebas, jadi ada dualisme Pencari tahu dan yang tahu aktif bersama, jadi tidak dapat dipisahkan
Kemungkinan generalisasi Generalisasi atas dasar bebas waktu dan bebas-konteks dimungkinkan (pernyataan nomotetik) Hanya waktu dan konteks yang mengikat hipotesis kerja (pernyataan idiografis) yang dimungkinkan.
Kemungkinan hubungan sebab akibat Terdapat penyebab sebenarnya yang secara temporer terhadap, atau secara simultan terhadap akibatnya Setiap kebutuhan berada dalam keadaan mempengaruhi secara bersama-sama sehingga sukar membedakan mana sebab dan mana akibat
Peranan nilai Inkuirinya bebas-nilai Inkuirinya terikat nilai


Apa itu Teori?
Kerlinger (1973) mendefinisikan teori sebagai sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Teori dengan demikian menyatakan hubungan sistematis dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertain atau hubungan dari proposisi atau dalil.
Nazir (2005) menguraikan tiga hal tentang teori sebagai berikut:
teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas konstrak (construct) yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas pula.
Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antarkonstrak (construct) sehingga pandangan yang sisematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatannya.
Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana.

Menuju penggabungan metode penelitian (mixing method)
Bryman (1988) menguraikan cara-cara penggabungan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut:
Logika ’Triangulasi
Temuan-temuan dari satu jenis studi dapat dicek pada temuan-temuan yang diperoleh dari jenis studi yang lain. Misalnya, hasil-hasil penelitian kualitatif dapat dicek pada studi kuantitatif. Tujuannya secara umum adalah untuk memperkuat kesahihan temuan-temuan.
Penelitian kualitatif membantu penelitian kuantitatif
Penelitian kualitatif dapat membantu memberikan informasi dasar tentang konteks dan subyek, berlaku sebagai sumber hipotesis, dan membantu konstruksi skala.
Penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif
Biasanya, ini berarti penelitian kuantitatif membantu dalam hal pemilihan subyek bagi penelitian kualitatif
Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum
Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan yang muncul dalam studi kualitatif. Karena, misalnya, peneliti tidak bisa berada pada lebih dari satu tempat di saat yang bersamaan. Jika tidak, mungkin tidak seluruh masalah dapat diterima semata bagi penelitian kuantitatif atau semata bagi penelitian kualitatif.
Struktur dan Proses
Penelitian kuantitatif terutama efisien pada penelusuran ciri-ciri ’struktural’ kehidupan sosial, sementara studi-studi kualitatif biasanya lebih kuat dalam aspek-aspek operasional. Kekuatan ini dapat dihadirkan bersama-sama dalam satu studi.
Perspektif peneliti dan perspektif subjek
Penelitian kuantitatif biasanya dikemudikan oleh perhatian peneliti, sementara penelitian kualitatif mengambil perspektif subyek sebagai titik tolak. Penekanan-penekanan ini dapat dihadirkan bersama-sama dalam satu studi.
Masalah kegeneralisasian
Kelebihan beberapa fakta kuantitatif dapat membantu menyederhanakan fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan menggeneralisasikan (dalam arti statistik) temuan-temuan yang diperoleh dari penelitan kualitatif.
Penelitian kualitatif dapat membantu interpretasi hubungan antara ubahan-ubahannya
Penelitian kuantitatif dengan mudah memberi jalan bagi peneliti untuk menentukan hubungan antara ubahan-ubahan, tetapi seringkali lemah ketika ia hadir untuk mengungkap alasan-alasan bagi hubungan-hubungan itu. Studi kualitatif dapat digunakan untuk membantu menjelaskan faktor-faktor yang mendasari hubungan yang terbangun.
Hubungan antara tingkat ’makro’ dan ’mikro’
Penggunaan penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat memberi sarana untuk menjembatani kesenjangan makro dan mikro. Penelitian kuantitatif sering dapat mengungkap ciri-ciri struktural kehidupan sosial skala besar. Sementara penelitian kualitatif cenderung menyentuh aspek-aspek behavioral skala kecil. Ketika penelitian berupaya mengungkap kedua tingkat itu, maka pemaduan penelitian kuantitatif dan kualitatif bisa menjadi keharusan.
Tahap-tahap dalam proses penelitian
Penelitian kuantiatif dan penelitian kualitatif bisa menjadi selaras untuk tahapan-tahapan yang berbeda dari suatu studi longitudinal.
Cangkokan
Contoh utama cenderung terjadi apabila penelitian kualitatif dilakukan dalam desain penelitian kuasi eksperimental (kuantitatif)

Bahan Bacaan:

Bryman, A. 1988. Quantity and Quality in Social Research. London: Unwin Hyman.
Guba, E.G. and Lincoln, Y.S. 1982. ’Epistemologi and Methodological bases of naturalistic inquiry’. Educational Communication and Tehnology Journal, 30, pp. 233-352
Ihalouw,J.J.O.I. 2000. Bagunan Teori. Salatiga: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
Kerlinger, F.N. 1973. Foundation of Behavioral Research. 2nd ed. New York: Holt, Rinehart and Winsto Inc.
Kuhn, T.S. 2002. The Structure of Scientific Revolution. Alih Bahasa: Tjun Surjaman. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.

17 Kesalahan Fatal Mahasiswa dalam Penelitian-nya

Tidak sedikit kawan-kawan yang proposal skripsi atau skripsi-nya ditolak/dicorat-coret oleh dosen pembimbing maupun penguji, namun tidak banyak dari kawan-kawan yang berusaha dengan keras mempertanyakan: apa, kenapa, dan bagaimana draft yang sudah dicetak sekian eksemplar dengan biaya yang begitu banyak di coret dan ditolak begitu saja.
Tidak jarang ada kawan yang frustasi dengan masalah ini, bahkan ada yang sampai mencari zimat keliling kampung, bagaimana caranya agar dosen bisa kasihan dan memberi pengertian, lalu dengan mantra-mantra itu dia berharap lulus dengan nilai ‘kasihan’. Kalau pun jurus perdukunan ini tidak mempan, sebagian diantara mahasiswa itu mencari jalan pintas alias jalan tikus yaitu dengan jalan mencari pasar-pasar yang memperjualbelikan skripsi baik secara langsung (face to face) ataupun lewat jasa internet. Mereka tidak berpikir berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk itu, yang pusing tujug keliling pastilah para orang tua mereka (biaya skripsi belum ditambah biaya-biaya fiktif).
Saya berharap hal ini tidak terjadi pada Anda atau pada orang-orang yang mengunjungi blog ini. Saya yakin bahwa tindakan-tindakan semacam itu terkadang membantu mempercepat penyelesaian studi, tetapi itu tidak selalu benar.
Sekarang tenangkan diri Anda sejenak, hilangkan semua pikiran-pikiran buruk Anda terhadap hasil kerja Anda selama ini, yakinkanlah diri Anda bahwa Anda mampu melakukan yang terbaik, dengan penuh kejujuran, dan tanggung jawab keilmuan yang Anda miliki. Katakan pada semua orang bahwa Anda bisa melakukannya. Hilangkan semua kata-kata minder dalam diri Anda, Biarkan saja orang menertawai karya Anda, yang jelas, mereka tidak memahami apa yang mereka tertawai…!
Saya yakin Anda pernah membaca Artikel saya tentang tips menemukan masalah dengan hasil yang spektakuler. Ini akan membantu kita dari awal, bagaimana memulai pekerjaan penelitian.
Ok, kalau kawanku sudah merasa nyaman, baca perlahan beberapa item berikut, jangan lupa siapkan draft skripsi atau proposal skripsi anda. Item berikut akan menyadarkan diri Anda, bagaimana caranya menilai hasil karya sendiri (self assessment), tidak ada satupun dosen atau guru yang maha tahu di dunia ini, mereka hanya minta penjelasan dari apa yang anda lakukan, sehingga orang-orang yang membaca karya Anda memahami apa yang Anda maksudkan.
Isaac dan Michael (1971:6-10) menguraikan item-item kesalahan yang sering bahkan umumnya dilakukan oleh para mahasiswa dalam merancang dan atau melakukan kerja penelitian sebagai berikut:

Kesalahan Umum dalam Memformulasikan Pelajaran Penelitian
*Menangguhkan pemilihan suatu masalah sampai ia menyelesaikan semua atau sebagian besar dari kuliah, pelatihan atau kursus yang diikuti.
*Secara tanpa kritik menerima gagasan yang pertama dan atau yang disampaikan kepadanya. Oleh rekan-rekan atau oleh dosen pembimbing.
*Memilih suatu masalah yang samar-samar atau memiliki pengertian yang luas untuk diteiliti satu per satu secara keseluruhan.
*Hipotesis yang dibuat tidak dapat diuji (un-testable) atau hipotesis yang disusun tidak jelas.
*Gagal dalam mempertimbangkan prosedur metode analisis yang sesuai dalam mengembangkan rencana sementara penelitian yang akan dilakukan

Kesalahan Dalam Melakukan Kajian Literatur
*Melakukan pengkajian literature atau buku bacaan di perpusatakan dengan begitu cepat (asal baca) berharap rancangan penelitiannya dapat terselesaian dengan cepat pula. Ini pada umumnya mengakibatkan studi pendahuluan yang berisi gagasan yang sudah pasti akan meningkatkan kerja penelitian mahasiswa terlewatkan begitu saja.
*Lebih mempercayai/memberatkan sumber kedua daripada sumber utama yang dibutuhkan dalam penelitiannya.
*Perhatiannya terkonsentrasi pada temuan penelitian ketika membaca artikel penelitian, dengan melewatkan informasi berharga atas metoda, ukuran, dan sebagainya.
*Mengabaikan sumber selain dari jurnal pendidikan, seperti surat kabar dan surat kabar populer sering berisi artikel dengan topik bidang pendidikan.
*Gagal untuk menggambarkan batas topik seputar review literature yang dibacanya. *Pencarian yang terlalu melebar pada suatu area sering memimpin mahasiswa ke arah melakukan yang salah atau ditakut-takuti menjadi suatu pekerjaan tak terurus. *Terlalu membatasi area pencarian juga menjadi suatu yang menyebabkan mahasiswa melewatkan artikel banyak orang yang berisi topik penelitian tetapi berisi informasi yang akan membantu dia mendisain suatu studi menjadi lebih baik..
*Mencopy data/teori dari daftar pustaka yang salah dan kemudian tidak mampu untuk menempatkan perlunya acuan itu.
*Menyalin terlalu banyak materi ke kartu catatan. Ini sering menunjukkan bahwa mahasiswa tidak mempunyai suatu pemahaman yang murni tentang penelitiannya dan dengan begitu tidak bisa memisahkan mana informasi yang penting dan informasi yang tidak penting

Kesalahan dalam Mengumpulkan Data Penelitian
*Memberikan upah kepada respoden untuk mendapatkan keterangan yang diharapkan dari mereka, hal ini sering dilakukan karena kekhawatiran mahasiswa akan penolakan responden untuk bekerjasama atau memberikan suatu sikap negative yang dapat mengurangi kebenaran test dan ukuran lainnya.
*Memperlemah rancangan penelitiannya dengan membuat perubahan demi kenyamanan administrative dari sekolah yang sedang ditelitinya (penelitiannya disesuaikan dengan keinginan pihak sekolah).
*Gagal dalam menjelaskan tujuan penggunaan ukuran penelitian kepada guru dan pengelola sekolah. Jika seorang guru berpikir bahwa suatu tes atau ukuran lainnya tidak berharga, maka sikapnya dengan cepat dapat dirasakan oleh para murid sehingga mengakibatkan lemahnya sikap kooperatif siswa dalam menjawab tes atau ukuran lain yang diajukan oleh mahasiswa (peneliti).
*Gagal dalam mengevaluasi alat ukur (instrument) yang digunakan secara menyeluruh sebelum memilih alat ukur yang akan digunakan dalam penelitiannya (menyangkut validitas dan reliabilitas instrument –pen). Hal ini mengakibatkan penggunaan alat ukur (instrument) yang tidak sesuai atau cacat.
*Memilih suatu alat ukur (instrument) yang rendah validitas dan reliabilitasnya dalam penelitian, hal semacam itu menyebabkan hasil penelitiannya juga keliru.
*Memilih untuk menggunakan alat ukur (instrument) yang tidak berkualitas dalam penelitiannya, yang mana alat ukur tersebut tidak berkualified dalam pengadministrasian dan penskoran.

Kesalahan Umum menggunakan Alat Ukur Baku
*Gagal untuk memeriksa validitas isi alat ukur prestasi belajar, dimana situasi penelitian diharapkan untuk dilaksanakan
*Gagal untuk menstandardisasi atau mengendalikan peran guru di (dalam) situasi pengumpulan data, oleh karena itu memperkenalkan penyimpangan sebagai hasil pembelajaran nonstandard, pelatihan sebagian dari para murid yang terlibat dalam studi, dan derajat variasi di (dalam) memberi bimbingan kepada para murid
*Meriksa keseluruhan validitas (keabsahan) dan reliabilitas (keandalan) alat ukur yang dipilih tetapi gagal untuk memeriksa valitdas dan reliabilitas data pada score subtest, sungguhpun score ini (diharapkan) untuk dapat digunakan dalam analisa hasil penelitian.
*Menggunakan pandangan pribadi dan laporan lain yang dibuat sendiri di (dalam) situasi di mana pokok materi yang diharapkan jawabannya dalam rangka menciptakan suatu kesan yang diinginkan.
*Mengasumsikan bahwa test baku yang digunakan akan dapat mengukur apa yang hendak diukur tanpa membuat suatu evaluasi validitas data yang seksama.
*Mencoba untuk menggunakan ukuran yang belum teruji validitas dan reliabilitasnya, untuk mengelola, meneliti, atau menginterpretasikan hasil penelitiannya.
*Gagal dalam membuat penggunaan hasil yang maksimum dari waktu tes yang tersedia dengan mengatur test yang panjang ketika waktu yang tersedia lebih pendek dalam memenuhi kebutuhan rancangan penelitian dengan sama baik.
*Tidak melakukan suatu uji coba tentang alat ukur ini dan, sebagai hasilnya, membuat keliru pemeriksaan prosedur sepanjang pengumpulan data pertama nya, dengan begitu ia telah melakukan penyimpangan (bias)

Kesalahan umum menggunakan rumus Statistik
*Memilih rumus statistik yang tidak sesuai atau yang benar untuk analisis diajukan.
*Mengumpulkan data penelitian, dan kemudian mencoba untuk temukan suatu teknik analisa statistik yang dapat digunakan.
*Menggunakan hanya satu prosedur statistik ketika beberapa pilihan diberlakukan bagi data itu. Ini sering mengakibatkan terlewatkannya hasil yang sudah dibuat dalam skripsi/tesis-disertasi itu.
*Menggunakan rumus statistik di dalam situasi di mana data yang nyata sekali gagal dalam menemukan asumsi dimana rumus statistic itu didasarkan. Rumus statistik akan memberi hasil yang sesuai/layak dan akurat kecuali jika asumsi (persyaratan uji statistic-pen) dengan serius dilanggar.
*Lalu menekankan pentingnya perbedaan kecil sebagai statistic yang signifikan
*Mahasiswa menghindari analisis korelasional jika korelasi product-moment tidak bisa diterapkan.
*Menggunakan teknik korelasi yang salah seperti, menggunakan korelasi biserial korelasi ketika korelasi biserial yang tersebar luas disebutkan.
*Menggunakan table korelasi product-moment untuk menginterpretasikan korelasi yang bukan korelasi Pearsonian. Sebab korelasi non-Pearsonian mempunyai suatu kesalahan standard lebih besar dibanding korelasi product-moment, kekeliruan ini mengakibatkan kesalahan tafsir atas arti koefisien yang ditafsirkan.
*Menggunakan koreksi untuk pelaifan pada situasi di mana itu tidak sesuai dalam rangka membuat hasil statistik nampak signifikan.

Kesalahan Umum di (dalam) Rancangan Dan Metodologi Penelitian
*Mahasiswa gagal untuk menggambarkan populasi penelitiannya
*Menggunakan sample yang sedikit untuk melakukan analisa terhadap sub-kelompok yang menarik baginya
*Mencoba untuk melakukan penelitian yang menggunakan responden sukarela
*Mengubah rancangannya dengan jalan memperlemah penelitiannya dalam rangka pengumpulan data yang lebih menyenangkan untuk melibatkan sekolah.
*Dalam mengumpulkan data sebanyak mungkin, ia membuat permintaan berlebihan atas inti penelitiannya yang mengakibatkan penolakan responden untuk bekerja sama.
*Mencoba untuk menyelesaikan suatu studi di dalam satu semester yang akan memerlukan dua/tiga tahun untuk dilakukan dengan memuaskan
*Gagal untuk merencanakan pengumpulan data yang detail dan jelas untuk menghindari perbaikan kesalahan berlebihan.
*Memulai mengumpulkan data penelitian tanpa menyelesaikan suatu studi-pendahuluan atau cukup menguji instrumen dan prosedurnya.
-------------------------------------------------------->Bersambung….!