Jumat, 13 Januari 2023

Menulis Buku Ajar (Sesi 1)

Bingung mau mulai darimana? Takut salah dan dicemooh rekan sekerja? Tidak punya ide/gagasan?Takut ditolak penerbit? Punya ide, tapi buku tentang itu sudah banyak. Aturan penulisan begitu ruwet. Gak punya uang untuk biaya penerbitan. Ada minat menulis, tapi baru satu baris sudah macet alias stag? Dan bla..bla…bla…


        Banyak alasan yang membuat kita mengurungkan niat menulis, dan alasan semacam itu sebenarnya bukan alasan, melainkan mirip cerita  hantu, ngebayanginnya aja sudah serem, takut dan akhirnya….tidak menulis sama sekali. Itulah alasan yang tanpa alasan, kalau boleh dikata demikian. Lantas, solusinya gimana? Anda percaya atau tidak, solusinya ada pada diri kita sendiri. Terlalu banyak pertimbangan, bisa menjadi penyebab gak jadi menulis, apalagi seperti pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran yang dimunculkan di awal tulisan (kelihatannya seperti menu makanan di restoran bintang 7).

Apapun tujuan yang ingin kita capai, semuanya membutuhkan perjuangan dan proses, termasuk menghadirkan pembelajaran yang mengesankan bagi siswa/mahasiswa melalui tulisan, siswa/mahasiswa yang belajar dengan membaca karya guru/dosen nya sendiri, memiliki kebanggaan dan motivasi belajar yang hampir setara dengan antusiasme guru/dosen menulis buku.

“Mau menulis apa? Semuanya sudah ditulis orang lain”

“Bukankah tidak ada yang baru di bawah matahari?”

“Ya, tapi….”

“Kata tapi itu lebih lama dari memulai menulis”

“Kalau hanya sekadar nulis, seperti buku ini, apa tidak memalukan?”

“Kok memalukan?”

“Ya…kan dibaca banyak orang, di luar sana ada ahli bahasa, ahli matematika, ahli logika, dan …..hmmmm”

“hmmm… aku tau”

“Apa…..?”

“Tidak satupun ahli-ahli itu yang absen dari hal-hal konyol”

“Apa hubungannya?”

“Kita manusia, mereka juga manusia, bukan begitu?”

“Ya, tapi mereka memiliki kelebihan, mereka genius”

“Mereka terlihat genius, karena kita belum memiliki keberanian memulai”

“Tapi…..”

“Tapi…dan tapi….bisakah kita hilangkan kata tapi ini untuk sejenak”

“Aku belum bisa memulai”

“Kenapa?”

“Entahlah… mungkin aku terlalu sibuk, pekerjaan kantor, urusan rumah tangga, arisan keluarga, dan sebangsanya.”

“Apakah semua itu beban?”

“Sementara ini, menurut ya”

Ketakutan terbesar untuk memulai menulis adalah tulisan yang amburadul, tidak sistematis, tidak menarik dan kurang informative. Kita tidak menyadari bahwa hampir 90% kesuksesan menulis buku berasal dari draft pertama yang amburadul, tidak sistematis dan kurang mengena atau dengan kata lain "Hampir semua tulisan yang bagus dimulai dengan upaya pertama yang buruk” (Jurchenko, 2019).

Begitu banyak guru/dosen bekerja keras selama 40 tahun dan tidak memiliki apa pun untuk ditunjukkan kecuali kenangan dan potongan gaji. Sementara, guru/dosen yang lain memanfaatkan pengetahuan mereka dan menulis buku, hasilnya adalah produk nyata untuk dilihat semua orang (Poynter, 2003). Menulis buku ajar, referensi atau apapun itu, menjadikan ingatan kita lebih lama dibanding dengan aktifitas inderawi lainnya, seperti ditunjukkan pada gambar 1 berikut. 

Persentase kekuatan ingatan pada berbagai aktifitas (Damayanti, 2007)

Selain kekuatan ingatan (95%), menulis mampu menjadikan kondisi mental lebih sehat dan merasakan kepuasan tersendiri (Agustin, dkk. 2020). Efbertias Sitorus (2020) menyebutkan beberapa manfaat menulis, yaitu : 1) menambah rasa percaya diri, 2) melatih ketajaman berkonsentrasi, 3) meningkatkan kemampuan berkomunikasi (public speaking), 4) memberikan kepuasan bathin dan rasa bahagia, 5) meningkatkan wawasan dan pengetahuan, 6) meningkatkan produktifitas dan eksistensi diri.

Bersambung.....




Tidak ada komentar: