Kamis, 01 Oktober 2020

Ulasan Novel "TAIKO"

 

Judul               : “TAIKO”

Pengarang       : Eiji Yoshikawa

Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit   : 2019

Alih Bahasa    : Hendarto Setiadi

Cover


 

Novel setebal 1142 halaman ini mengisahkan banyak hal tentang negeri Jepang dengan ragam budaya dan keunikan kisah para kesatria yang berjasa dalam membangun Jepang menjadi sebuah kerajaan besar dan tersohor di seantero negeri. Penulis memulai tulisannya dengan mengisahkan kehidupan sosok bocah bernama Hiyoshi yang memiliki raut wajah seperti monyet, kehidupan Hiyoshi dan keluarganya sangat memperihatinkan, ayahnya Yaemon hanyalah seorang mantan samurai cacat yang tidak bisa berbuat banyak mencarikan nafkah keluarganya. Sejak ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi dengan lelaki lain, kerap kali Hiyoshi dibentak, dihardik dan diusir ayah tirinya. Keadaan ini membuat Hiyoshi mengambil pilihan untuk berkelana ke seluruh penjuru negeri, melihat, mendengar, belajar dan bersosialisasi dengan banyak orang.  

Dibalik kesulitan dan kesengsaraan hidup itulah Hiyoshi diajarkan oleh alam dan naluri kemanusiaannya tentang kedisiplinan, kecerdasan, keberanian, tanggung jawab, loyalitas dan kehormatan. Dalam pengembaraannya hingga usia 16 tahun, ia banyak bertemu dengan pembesar-pembesar kerajaaan, para ahli ilmu pengetahuan, ahli sastra, ahli strategi perang dan ahli senjata dan lain sebagainya. Pertemuannya dengan orang yang berpengaruh tersebut bukan dalam rangka sebagai mitra atau sebagai sosok yang patut diperhitungkan, namun Hiyoshi hanya sekadar menjadi pembantu, penjaga kandang, bahkan pembawa sandal majikannya. Hiyoshi sangat pandai menempatkan diri, dia memahami sedang berada dimana, hampir dia menguasai adat istiadat, pola pikir, dan budaya masyarakat yang pernah dikunjunginya.   

Hal ini membuatnya terlahir sebagai Teno (penguasa tertinggi Jepang), sosok yang cerdas, yang mampu menyatukan Jepang dalam suasana kebersamaan dan prinsip-prinsip hidup berdasarkan realitas social budaya masyarakat, hingga Jepang mencapai kejayaan dibawah kekuasaan sang Teno.

Penulis menceritakan sejarah Jepang dengan bahasa yang sangat lugas dan sederhana, ia mampu menghadirkan karakter utuh seorang Teno yang membawa Jepang kepada masa-masa emas. Novel ini sangat bagus dibaca oleh semua kalangan, karena di dalamnya banyak nilai-nilai budaya ketimuran yang harus ditegakkan jika kita ingin membangun sebuah Negara/kerajaan yang berperadaban, berdaulat dan dihormati Negara lain. Beberapa pesan moral yang dihadirkan oleh penulis.

1)      Politik

Untuk menjadi penguasa, orang harus belajar tentang loyalitas, strategi yang menguntungkan bagi semua pihak termasuk lawan, belajar menjadi diplomat yang ulung, memahami medan/wilayah dengan baik lengkap dengan tradisi dan budayanya.   

2)      Pendidikan

Pendidikan akan menunjukkan hasil yang gemilang, manakala ia dihadirkan berdasarkan keinginan, minat, bakat dan rasa ingin tahu seseorang dan yang paling utama adalah berdasarkan kebutuhan masyarakat dalam kurun waktu tertentu (5 tahun misalnya).

Tidak ada komentar: