Penggunaan aplikasi/program berlisensi (berbayar) untuk analisis data statistik seperti SPSS, Bilog-MG, Liserel, Parscale dan lainnya sangat rentan dengan masalah hak cipta (copy right), lebih-lebih banyaknya aplikasi bajakan yang beredar. Bagi sebagian orang mungkin hal semacam ini tidaklah persoalan, tapi bisa menjadi masalah besar dikemudian hari ketika ketahuan bahwa aplikasi yang kita gunakan itu palsu atau bajakan (pelanggaran UU hak cipta).
Oleh karena itu, saya lebih menyarankan penggunaan aplikasi yang sifatnya open source (gratisan) seperti aplikasi R untuk menganalisis data statistik. Hanya saja, perlu memahami perintah atau transkrip yang digunakan (namanya aja gratisan_perlu kerja ekstra).
Baiklah sobat, kali ini kita belajar tentang Analisis Faktor. Analisis Faktor adalah analisis data statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan pola data, sehingga kita bisa mengetahui apakah variabel yang diteliti memang berasal dari satu atau lebih faktor sesuai dengan teori yang kita gunakan atau yang telah didefinisikan secara operasional pada variabel yang kita teliti.
Analisis Faktor memuat Principle Component Analysis (PCA) yang terdiri dari Exploratory Factor Analysis (EFA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
EFA biasanya dilakukan pada langkah awal, yaitu untuk mengetahui item pertanyaan mana yang mestinya masuk di komponen yang mana (dieksplorasi), setelah itu baru analisis dilanjutkan dengan CFA untuk mengkonfirmasikan (membuktikan) apakah item dan variabel tertentu memang sesuai dengan model yang telah dibuat berdasarkan teori/penelitian sebelumnya.
Data hasil pengukuran yang akan dianalisis dengan IRT, terlebih dahulu dianalisis kecocokan model yang bersesuaian dengan IRT, apakah data lebih cocok dengan model 1 Paramater Logistik (1PL), 2PL, 3PL, 4PL, NRT (Nominal Response Theory).
Caranya bisa menggunakan pendekatan statistik seperti (Chi-Kuadrat, Chi-Kuadrat Likelihood), dengan cara grafis (ICC). Untuk lebih jelasnya, ikut kuliahnya Prof. Dr. Heri Retnowati, M.Pd. (Pakar Matematika dan Pengukuran Universitas Negeri Yogyakarta).
Udah belajar trik menemukan dan menentukan tema/topik judul penelitian, masih bingung dengan pendekatan yang akan digunakan untuk melakukan/menganalisis data penelitian? Semoga video ini bisa mengenalkan kita lebih dekat dengan jenis penelitian dan pendekatan yang tersedia.
Banyak teman guru yang bertanya, kapan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif? Pertanyaan ini banyak sekali dilontarkan pada fase pra penelitian. Sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu
muncul, jika guru secara sadar memposisikan diri mereka sebagai peneliti, bukan
semata-mata sebagai mesin transfer ilmu pengetahuan seperti ATM atau institusi
jasa pengiriman uang dan barang manual lainnya.
Sebagaimana dikatakan pada postingan sebelumnya, bahwa paradigm itu adalah dasar/fondasi yang mengantarkan peneliti
kepada bagaimana dia melihat suatu persoalan dari ranah ilmu pengetahuan yang
dimiliki, sehingga dia juga akan mampu memilih dengan cara bagaimana ia akan
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Kuantitatif atau kualitatif, statistic atau naratif adalah pendekatan dan pisau analisis bukan sesuatu yang substantive
dalam program peningkatan kualitas/mutu pembelajaran di kelas. Meskipun gergaji
dan kapak adalah alat pemotong kayu yang bagus, akan tetapi akan sangat tidak
elok jika gergaji dan kapak digunakan untuk memotong kue tar atau memotong kain
batik.
Sobat forum, gimana kabar kalian? Tentunya sehat-sehat aja bukan? Nah,
kali ini kami akan membagikan sedikit pengalaman , boleh dibilang rahasia bagi
mahasiswa semester akhir (yang sedang menyusun skripsi dan tesis), peneliti
pemula, serta siapa saja yang baru memulai berkecimpung di dunia penelitian.
Menentukan judul penelitian, menyusun proposal lengkap dengan baretnya
dalam waktu hanya beberapa hari (3-7 hari), bisa jadi hanya semalam (tergantung
motivasi, tingkat kreatifitas dan ketersediaan perangkat yang dibutuhkan).Ups…! Ini bukan sulap bukan sihir ya gaes.
Postingan mengenai review>< resensi buku sangat banyak dan sangat lengkap, saya tidak berharap banyak sobat forum berkenan membaca postingan saya kali ini. Hanya saja berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa atau sobat forum via medsos ataupun japri.
gb. cnnindonesia.com
Menurut saya resensi dan review berbeda dari satu hal yaitu bahwa resensi buku bertujuan menceritakan kembali seraya memberi penilaian terhadap keseluruhan buku (mulai dari cover sampai isinya) dan dipublikasikan (agar orang lain mengetahui karya yang diresensi) sedangkan review buku (karya) adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tidak hanya sekadar menceritakan kembali karya-karya tersebut, namun berusaha memberikan analisa secara ilmiah berdasarkan bidang keilmuan, membuat keterkaitan dan memberi simpulan yang didasarkan atas perbandingan buku yang direview dengan beberapa karya lainnya pada topik/tema yang sama.
Kalau sobat forum ingin lebih dalam mempelajari persamaan dan perbedaan resensi dan review, berikut saya sediakan link yang sekiranya bisa membantu.
Merumuskan masalah penelitian bukanlah pekerjaan yang gampang, tidak sedikit kawan-kawan mahasiswa kebingungan dan tidak jarang pula para ahli mengalami kesulitan dalam hal ini. Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam merumuskan masalah penelitian
gb. tribunnews.com
#1. Mengumpulkan data tanpa mendefinisikan dengan baik rencana atau tujuan, membuat beberapa arti/makna dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Seringkali mahasiswa atau peneliti pemula melakukan pengumpulan data terlebih dahulu begitu dia mendapat ide/gagasan penelitian yang hendak dilakukannya, tanpa membuat kerangka acuan atau rencana dan tujuan penelitian. Akhirnya yang terjadi adalah data yang sudah dikumpulkan dipaksakan untuk bisa digunakan, sehingga terjadi kesalahan fatal. Data tidak match dengan masalah faktual yang diteliti berdampak kepada salahnya simpulan yang diambil.
Novel
setebal 1142 halaman ini mengisahkan banyak hal tentang negeri Jepang dengan
ragam budaya dan keunikan kisah para kesatria yang berjasa dalam membangun
Jepang menjadi sebuah kerajaan besar dan tersohor di seantero negeri. Penulis
memulai tulisannya dengan mengisahkan kehidupan sosok bocah bernama Hiyoshi yang
memiliki raut wajah seperti monyet, kehidupan Hiyoshi dan keluarganya sangat memperihatinkan,
ayahnya Yaemon hanyalah seorang mantan samurai cacat yang tidak bisa berbuat
banyak mencarikan nafkah keluarganya. Sejak ayahnya meninggal dan ibunya menikah
lagi dengan lelaki lain, kerap kali Hiyoshi dibentak, dihardik dan diusir ayah
tirinya. Keadaan ini membuat Hiyoshi mengambil pilihan untuk berkelana ke
seluruh penjuru negeri, melihat, mendengar, belajar dan bersosialisasi dengan
banyak orang.
Sobat forum kali ini saya akan membagikan beberapa tips dan cara mudah dalam mereview artikel ilmiah pada jurnal nasional maupun internasional. Postingan semacam ini, tentunya udah banyak diposting di banyak situs. Tapi jangan khawatir, apa yang saya posting bukanlah sulap bukan sihir apalagi plagiat alias duplikasi dari milik orang lo yaaa...
Tahapan review artikel kita bagi menjadi 3 (tiga) saja biar lebih gampang ngingetnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/pelaporan.
Editor: Fay Patel (Direktur - Manajemen
Pendidikan, Monash University Malaysia, Malaysia) Pembelajaran Online:
Perspektif Pengembangan Pendidikan yang diedit oleh Fay Patel (New
York: Nova Publishers, 2014) adalah argumen yang bersemangat dan meyakinkan pada
pengintegrasian pedagogi dengan teknologi, dan kemitraan pendidik, pengembang
pendidikan dan desainer instruksional/pembelajaran, untuk memastikan
pembelajaran online yang optimal dan inovatif bagi siswa. Menggambarkan
penelitian yang ada dan pengalaman mereka sendiri, Patel dan rekan
kontributornya mengemukakan bahwa teknologi tidak seharusnya dianggap obat
mujarab yang sederhana untuk semua penyakit pendidikan tinggi saat ini. Melainkan,
mereka menekankan sebaliknya, digunakan secara bijaksana, dengan pedagogi
berbasis disiplin dan informasi kontekstual, pendekatan holistic, teknologi
pendidikan dapat mendukung pembelajaran secara efektif.
Item Respon Theory (IRT) memuat penjelasan mengenai estimasi kemampuan peserta tes atau biasa disebut dengan tetha. Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti kuliahnya Prof.Dr. Heri Retnawati (Pakar Ilmu Pengukuran).
Kisah ini hanyalah cerita fiktif belaka, kalaupun ada kesamaan cerita atau nama, itu di luar kesengajaan atau kebetulan saja.
Ketidakmampuan membeli perangkat teknologi modern seperti handphone, laptop dan sebangsanya, membuat si tuan pemalas dan kikir, sebut saja namanya Pulan bertekad memelihara seekor anjing sebagai pembantu dan alat pengingat alias sejenis alarm. Dia berpikir bahwa anjing tidak kalah jauh lebih pintar dari robot. Tengah malam dia keluar bersama istrinya, menangkap seekor anak anjing liar yang baru berusia 2 bulan.
gambar diambil dari bbc.com
Singkat cerita, si Anjing yang diberi nama Celly tumbuh besar dan sangat terlatih, dia mampu melayani tamu dan mengerjakan tugas-tugas rumah yang sederhana seperti membawa peralatan menyiram dan menyapu halaman. Pulan dan istrinya merasa bangga dan sangat terbantu dengan adanya Celly bersama mereka. Tidak ada yang lebih menggembirakan bagi pasangan suami istri yang belum mempunyai anak kecuali hewan peliharaan dan tetangga yang mengasyikkan.
Bicara evaluasi program, ada beberapa hal yang harus diurai dengan rinci dan jelas mengenai apa yang kita maksud dengan "evaluasi" dan "program". Apakah sama prosedur penelitian dengan Evaluasi? video berikut menjawab semua pertanyaan mengenai beda penelitian dan evaluasi, konsep evaluasi program dan tahapan-tahapannya via diskusi daring yang dipandu langsung oleh Prof.Dr. Heri Retnawati, M.Pd (Dosen UNY). Tonton sampai habis ya, biar ilmunya lengkap.
Di berbagai kesempatan, banyak peserta yang bertanya kenapa pendidikan kita seakan tidak mampu mengakomodir kebutuhan pebelajar untuk menjalani hidup dan kehidupannya setelah menjalani masa-masa studi yang begitu melelahkan dengan aturan dan kurikulum yang sangat padat? adakah relevansi antara perhelatan pesta demokrasi dengan masa depan pendidikan, baik secara nasional maupun lokal?
gambar : Haipedia.com
Pertanyaan-pertanyaan yang sedikit pesimis, namun kritis tersebut didasarkan pada fakta bahwa pendidikan kita selama ini ibarat "jauh panggang dari api" atau "jauh bumi dan langit" dengan realitas hidup masyarakatnya. Hal ini bermula dari kebijakan politik pendidikan orde baru yang tersentralisasi (kontrol dan intervensi pemerintah pusat), pendidikan harus seragam (baik dari ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam kurikulum maupun infrastrukturnya), sama sekali tidak mengakomodir khasanah kekayaan/potensi lokal (local indegineous).
Dunia maya seakan menjadi dunia baru yang benar-benar nyata, dimana karya fiksi pun menjadi sesuatu yang ilmiah dan dapat dibenarkan. Postingan-postingan yang menyampaikan prediski masa depan dengan cara yang serius dan penuh kekhawatiran terkadang mendapat slow respons dari audien yang memang mindsetnya sudah beralih ke hal-hal ringan dan tidak menjemukan. Bagaimana dengan dunia pendidikan kita sekarang dan di masa depan?
Terdapat begitu banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab dengan
cepat, tepat dan akurat, sebab dunia mengarahkan kita kepada berbagai
macam keadaan yang berubah dengan sangat cepat. Beberapa kondisi yang
menjadi perhatian banyak praktisi dan akademisi sekarang ini adalah 1)
Undang-Undang Pendidikan Nasional; 2) Kurikulum Pendidikan; 3)
Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan; 4) Infrastruktur Pembelajaran;
5) Penilaian dan Evaluasi Pendidikan; 6) Pembiayaan dan
Pertanggungjawabannya; 7) Siswa/peserta didik dan Lulusan.
Saya dan sebagian besar orang (mungkin juga termasuk sobat forum) saat-saat ini masih getol berbicara tentang teknologi dan kemajuan jaman yang terjadi secara eksponensial. Era disrupsi dan distorsi atau biasa dikenal dengan era revolusi industri 4.0 sekarang ini, mau tidak mau, suka atau tidak, kita sebagai manusia haru mampu menerima dan mengendalikannya secara bijak. Sebagaimana dikatakan oleh Leonhard dalam video singkat ini. "Bisnis seperti biasa sudah mati.
Ada banyak hal yang membuat pembelajaran di kelas tidak berjalan sebagaimana diharapkan oleh siswa maupun guru, bukan saja karena metode pembelajarannya, pendekatannya, atau motivasi belajar siswanya. Itu semua karena belajar dan mengajar hanya sebatas rutinitas, guru/dosen belum memposisikan diri mereka sebagai peneliti (teacher as researcher).
Bagaimanapun, pendidikan harus tetap berjalan meskipun dengan segala kekurangan, mari kita belajar bersama, bergandengan tangan menuju pendidikan yang memanusiakan manusia sebagaimana amanah undang-undang pendidikan nasional.
Hampir di semua aspek kehidupan kita sekarang ini tidak lepas dari teknologi, teknologi sebagai media dan teknologi sebagai objek kajian atau pembelajaran. Dari zaman pra sejarah hingga era digital atau era revolusi industri 4.0 sekarang ini, ilmu pengetahuan telah menunjukkan kepiawaianya dalam berkontribusi memberikan yang terbaik agar manusia bisa hidup dan belajar dengan nyaman (bukan instan lo yaaa).
Teknologi sebagai hasil karya manusia akan terus mengalami perubahan-perubahan yang semakin mempermudah, mempercepat dan membantu kerja manusia. Tapi bagaimanapun teknologi adalah alat bukan tujuan, untuk itu diperlukan penelitian-penelitian lanjutan mengenai dampak dan resiko yang timbulkannya. Jangan sampai kita mengejar kenyamanan/kemudahan lantas mengorbankan rasa kemanusiaan.
Mencengangkan bukan???? Sungguh luar biasa. Inilah hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh manusia. Tanpa penelitian, ini semua tidak akan terwujud.
Zaman ini hidup serba instan, menulis artikel sebagai konten blog juga paling jarang yang minat membaca, yaaa bagaimanapun inilah zaman yang serba canggih. bagaimana dengan kehidupan 10 atau 20 tahun ke depan? Video yang saya ambil dari youtube ini cukup menggambarkan apa yang mau saya katakan dan tuliskan buat sobat-sobat forum.
Hi Sobat Forum, apa kabar kalian? tentunya baik2 aja bukan? semoga kita semua tetap sehat dan bisa belajar, belajar dan terus belajar karena hidup menyediakan terlalu banyak pilihan untuk menjalaninya. Belajar gak usah terlalu serius juga, saya belum bisa membuat konten video seperti ini, jadi saya cukup copy link video dari youtube aja dulu. hehehehehe siapa tahu tahun depan video-video yang seperti ini bisa saya hidangkan langsung dari hasil karya sobat atau karya saya sendiri. amin.
Apa sih penelitian dan pengembangan? apakah sama atau berbeda? apakah penelitian dan pengembangan itu satu hal bukan dua hal? simak dan tonton baik-baik videonya ya.
Dari beberapa hasil diskusi dengan mahasiswa dan guru, saya mencatat pertanyaan yang paling banyak dilontarkan adalah menyangkut pendefinisian atau pemaknaan dari penelitian tindakan. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menimbulkan kesalahan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasilnya.
Kali ini saya akan membagikan beberapa definisi penelitian tindakan yang saya ambil dari beberapa sumber.
đŸ‘‰Kurt Lewin sebagai tokoh pencetus penelitian
tindakan di Amerika Serikat mendefinisikan penelitian tindakan sebagai
penelitian perbandingan pada kondisi dan dampak yang berbeda pada bentuk
tindakan social dan pelaksanaan penelitian ditujukan pada tindakan social. Tipe
penelitian ini menggunakan langkah spiral, yang membentuk lingkaran pada
perencanaan, tindakan dan menemukan fakta tentang hasil tindakan.
đŸ‘‰Kemmis [3] menaruh perhatian besar pada tujuan
penelitian tindakan ketika mereka mendefinisikannya sebagai “bentuk
penyelidikan reflektif diri yang dilakukan oleh peserta dalam situasi sosial
untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktik mereka sendiri, pemahaman
mereka tentang praktik ini dan situasi di mana praktik dilakukan.
đŸ‘‰O'Brien [4] menegaskan bahwa meskipun penelitian
tindakan telah disebut dengan nama yang berbeda seperti penelitian
partisipatif, penyelidikan kolaboratif, penelitian emansipatoris, penelitian
tindakan atau penelitian tindakan kontekstual, itu benar-benar dipahami sebagai
"belajar dengan melakukan" yaitu, sebuah kelompok orang menghadapi
masalah; mereka melakukan sesuatu untuk menyelesaikannya; mereka kemudian
melihat seberapa sukses upaya mereka dan jika mereka tidak puas dengan hasilnya
mereka dapat mencobanya lagi.
đŸ‘‰Dick [5] ketika ia menyatakan bahwa
"penelitian tindakan adalah cara alami bertindak dan meneliti pada saat
yang sama". Untuk membuatnya lebih jelas, Dick menegaskan bahwa penelitian
tindakan adalah cerminan sejati dari namanya karena dimaksudkan untuk mencapai
tindakan dan penelitian pada saat yang sama.
đŸ‘‰Carr dan Kemmis [6] memasukkan definisi umum
dari penelitian tindakan ke dalam lingkungan pendidikan sebagai “penelitian
tindakan adalah bentuk penyelidikan reflektif diri yang dapat digunakan oleh
guru untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (i) praktik mereka
sendiri, (ii) ) pemahaman mereka tentang praktik-praktik ini dan (iii) situasi
di mana praktik-praktik ini dilakukan.
đŸ‘‰Koshy (2005: 1-2) mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai penyelidikan, dilakukan dengan ketelitian dan pemahaman
sehingga terus menerus memperbaiki praktik; hasil berbasis bukti yang muncul
kemudian akan berkontribusi pada pengembangan profesional praktisi yang
berkelanjutan.
đŸ‘‰Crookes (1993) dan van Lier (1993) yang dikutip
oleh Gebhard (2005: 54) menunjukkan, penelitian tindakan lebih dari ini. Daripada
hanya mencoba menyelesaikan masalah kelas, guru dapat bekerja melalui proses
masalah untuk mengeksplorasi aspek pengajaran tidak hanya di dalam kelas,
tetapi juga di sekolah dan komunitas yang lebih besar yang dapat mempengaruhi
apa yang terjadi di kelas. Selain itu, seperti ditunjukkan oleh Burns (1996)
dan Crookes (1993), proses siklik ditingkatkan ketika guru memiliki peluang
untuk berkolaborasi dengan orang lain, seperti kolega, administrator, dan orang
tua, saat mereka mengerjakan proses tersebut.
1)đŸ‘‰Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penyelidikan yang
memungkinan para praktisi untuk menyelidiki dan mengevaluasi kinerja mereka.
(McNiff, 2006:7)
Dari sekian banyak definisi penelitian tindakan kelas
yang diungkap oleh para pakar di atas, dapat diambil satu definisi umum mengenai
penelitian tindakan kelas yaitu suatu kajian mendalam (kritik oto kritik/self assessment) atas praktek
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kinerja dan
profesionalitas mereka sendiri secara berkelanjutan (sustainable).
Definisi ini akan berdampak kepada pemahaman yang
holistic antara mengajar dan meneliti sebagai satu kesatuan tugas/kewajiban
seorang guru. Hal ini jauh berbeda ketika mindsettnya parsial mengenai dua
aktifitas ini (mengajar dan meneliti) adalah dua hal yang berbeda. Begitu
banyak guru (baik yang sarjana/magister maupun tidak, honorer maupun PNS)
merasa berat atau kesulitan dalam melakukan penelitian tindakan kelas, karena
menurut mereka penelitian tindakan kelas itu hanya sebagai satu syarat kenaikan
pangkat bukan tugas utama sebagai guru. Padahal, penelitian tindakan kelas
bukan hanya sekadar definisi dan konsep, bukan pula mengenai seberapa banyak
karya ilmiah yang dihasilkan pertahun untuk memenuhi syarat-syarat
administrative. Melainkan praktek sehari-hari guru di ruang kelas yang
dilandasi oleh prinsip kemanusiaan (humanis), perubahan dialektis, kreatif,
kritis, inovatif dan berkeadilan.
Nah Sekarang tinggal giliranmu, setelah membaca postingan ini, apa yang kamu bayangkan atau pikirkan tentang penelitian tindakan?