Rabu, 19 Agustus 2009

Apa, Kenapa dan Bagaimana Evaluasi Pendidikan dilakukan?


Pendahuluan
Mutu pendidikan di Indonesia yang begitu rendah, bukanlah suatu yang menjadi rahasia lagi, dan kita semua pun memang harus mengakuinya. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat dilihat, antara lain dari rendahnya perolehan rata-rata Nilai Ujian Akhir Nasional (NUAN) untuk semua bidang studi. The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 1999, Indonesia berada pada urutan ke 32 untuk IPA dan 34 untuk Matematika dari 38 negara peserta. Di asia Tenggara, untuk kedua bidang studi tersebut Indonesia berada di bawah Malaysia dan Thailand, dan sedikit di atas Filipina.
Melihat kondisi yang demikian memperihatinkan ini, sudah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk melakukan berbagai pembaharuan dalam system pendidikan kita secara menyeluruh, baik itu dimulai dari perubahan kurikulum dan perubahan system penilaian.
Implikasi dari perubahan kurikulum, tentunya akan berdampak kepada perubahan system penilaian. Kurikulum Berbasis Sekolah (KBK) misalnya, akan diikuti dengan penilaian kelas otentik (Authentic Assessment) dimana sistem penilaian ini menggunakan acuan kriteria. Namun sebelum terlalu jauh berbicara mengenai penilaian kelas otentik, artikel ini akan mengajak anda untuk berdiskusi secara mendasar, step by step.

Apa itu evaluasi (what is evaluation)?
Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain seperti yang dikutip Tayibnapis dalam bukunya ‘Evaluasi Program’ yaitu : definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai (Tyler, 1950, hlm.69). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus, pencetus Discrepancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih (2000: 3).
Suchman (1961 dalam Anderson, 1975 dalam Arikunto, 2004: 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders (1973 dalam Anderson, 1971). Dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan. Sesuatu yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah evaluasi hasil belajar. Sasmoko (t.t.: 3), Evaluasi hasil pembelajaran disebut juga evaluasi substantif, atau populer dengan sebutan tes dan pengukuran hasil belajar. Sedang Evaluasi Proses Pembelajaran, yang oleh beberapa ahli ada pula yang menyebutkan sebagai evaluasi diagnostik atau juga evaluasi manajerial.

Apakah evaluasi = penilaian = pengukuran?
Penilaian adalah tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu—itu, akan memberikan jawab atas pertanyaan: What value?
Pengukuran (measurement) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu; ia akan memberi jawab atas pertanyaan: How much? (lihat wandt dan Brown, 1997 dalam Sudijono, 2005:7)

Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan berfungsi untuk semua kalangan, baik masyarakat sekolah yang terkait beserta masyarakat (orang tua) siswa, pemerintah, dan stakeholder lainnya. Dengan demikian, fungsi evaluasi pendidikan ini dapat dikelompokkan berdasarkan siapa dan untuk apa evaluasi itu dilaksanakan, diantaranya adalah: Sekolah/civitas academica (guru, siswa, bagian administrasi, dan kepala sekolah), orang tua siswa (masyarakat), dan pemerintah.

a. Fungsi evaluasi pendidikan dipandang dari segi anak didik:
Evaluasi hasil belajar bagi anak didik berfungsi sebagai :
a) Sebagai pedoman tingkah laku dan mengadakan orientasi dalam sesuatu situasi tertentu
b) Sebagai bahan informasi mengenai kemajuan belajarnya.
c) Sebagai informasi mengenai statusnya individu siswa di antara teman-temannya, apakah kiranya dia tergolong anak yang pilihan, yang pandai, yang sedang, dan sebagainya.

b. Fungsi evaluasi pendidikan dipandang dari segi guru
Dengan menilai hasil atau kemajuan murid-muridnya, sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha muridnya saja, tetapi sekaligus dia juga menilai hasil-hasil usaha sendiri. Dengan mengetahui hasil usaha muridnya itu guru jadi tahu, seberapa jauh dan dalam hal mana dia berhasil, serta dalam hal mana serta seberapa jauh dia gagal. Tahu akan kegagalan atau kelemahan usahanya itu adalah sangat penting bagi guru. Oleh karena hal tersebut merupakan modal yang sangat berharga bagi usaha-usaha mengajarnya. Di samping apa yang sudah dikemukakan di atas, Suryabrata (2004: 301-302) menyatakan bahwa fungsi evaluasi itu adalah untuk :
a. membantu guru dalam menilai readiness anak terhadap sesuatu mata pelajaran tertentu.
b. mengetahui status anak di dalam kelasnya.
c. membantu guru dalam menempatkan murid dalam suatu kelompok pelajar tertentu di dalam kelasnya; berdasarkan kesamaan kesukaran yang dihadapi atau kesamaan kemampuan dalam kecakapan-kecakapan tertentu.
d. membantu guru di dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajarnya.
e. membantu guru dalam memberikan pengajaran tambahan atau pengajaran pembinaan.

c. Fungsi evaluasi pendidikan dipandang dari segi administrasi dan manajemen sekolah
Adapun fungsi evaluasi bagi administrasi sekolah adalah:
(1) Memberikan data untuk dapat menentukan status anak didik di dalam kelasnya, yaitu misalnya apakah dia naik kelas atau tidak, apakah dia lulus ujian atau tidak.
(2) Memberikan ikhstisar mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh sesuatu lembaga pendidikan.
(3) Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepada orang tua atau pejabat pemerintah yang berwenang, guru-guru, dan juga murid-muridnya.

Bagan 1: Fungsi Evaluasi Pendidikan


Sumber: Anas Sudijono, 2005:15
TUJUAN EVALUASI

Tujuan penilaian diarahkan pada empat (4) tujuan berikut (Chittenden, 1991)
1. Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa.
2. Pengecekan (Cheking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang siswa telah kuasai dan apa yang belum dikuasi.
3. Pencarian (Finding-out), yaitu untuk mencari dan menentukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
4. Penyimpulan (Summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti diakhir semester atau akhir tahun baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk lainnya.
Hal ini sama dengan pandangan Grounland (1968:6-7), bahwa tes hasil belajar dapat bertujuan untuk: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa, 2) meningkatkan retensi dan transfer proses pembelajaran, 3) meningkatkan pemahaman pribadi siswa, 4) sebagai umpan balik terhadap kefektifan proses pembelajaran.

MANFAAT/KEGUNAAN EVALUASI PENDIDIKAN

Terdapat beberapa manfaat/kegunaan evaluasi pendidikan yaitu:
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan
2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai
3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.
Prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar menurut Grounland (1968:8-13): 1) Achievement test should measure clearly defined learning outcomes that are in harmony with the instructional objetives, 2) Achievement test should measure a representative sample of the learning tasks included in the instruction, 3) Achievement test should include the types of test items that are most appropriate for measuring the desired learning outcomes, 4) Achievement tests should the particular uses that will be made of results, 5) achievement test should be as reliable as possible and should then be interpreted with caution, dan 6) Achievement tests should improve student learning.

OBYEK (SASARAN) EVALUASI PENDIDIKAN
Obyek evaluasi pendidikan terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: 1) aspek kemampuan, 2) aspek kepribadian, dan 3) aspek sikap.
Alat yang biasa digunakan untuk mengevaluasi kemampuan adalah tes kemampuan (aptitude test) sedangkan untuk mengevaluasi sikap digunakan alat berupa tes sikap (attitude test), dan untuk mengevaluasi kepribadian adalah dengan menggunakan (personality test).

JENIS-JENIS EVALUASI PENDIDIKAN
Terdapat beberapa macam jenis evaluasi pendidikan, namun ada dua jenis evaluasi pendidikan yang umumnya digunakan oleh guru, kaitannya dengan pertanyaan kapan, atau pada bagian manakah evaluasi itu seharusnya dilakukan. Kedua jenis evaluasi yang dimaksud adalah 1) evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada setiap kali satuan program pelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan, dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah mampu menguasai (memiliki kompetensi) sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Dan 2) evaluasi summatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan (berakhir), tujuan utama dari evaluasi summatif ini adalah untuk menentukan keberhasilan peserta didik, setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN

Agar evaluasi memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan di atas, sebaiknya evaluasi senantiasa dilaksanakan dengan prinsip: 1) Mengacu kepada kemampuan (competency referenced), 2) Berkelanjutan (continuous), 3) Didaktis, 4) Menggali informasi, 5) Prinsip keseluruhan.
· Mengacu kepada kemampuan (competency referenced), evaluasi perlu dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam evaluasi harus terkait langsung dengan indikator pencapaian kemampuan tersebut.
· Berkelanjutan (Continuous), evaluasi yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran.
· Didaktis, alat yang digunakan untuk meng-evaluasi berupa tes maupun non tes harus dirancang baik isi, format, maupun tata letak (layout) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.
· Menggali informasi, evaluasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat evaluasi yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses evaluasi.
· Prinsip keseluruhan, evaluasi hasil belajar tidak boleh dilakukan secara terpisah atau sepotong-sepotong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dalam artian bahwa evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik.

Sumber-sumber Kekeliruan dalam Pengukuran Hasil Belajar
Terdapat banyak sekali sumber kekeliruan dalam pengukuran hasil belajar, namun terdapat empat hal yang dipandang paling erat hubungannya dengan kekeliruan pengukuran, yaitu: 1) Kekeliruan sampling, 2) Kekeliruan scoring, 3) Kekeliruan Ranking, dan 4) Kekeliruan guessing.
è Kekeliruan sampling adalah kekeliruan yang dibuat oleh testeer di dalam menentukan butir-butir item sebagai sampel atau wakil dari materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.
è Kekeliruan Scoring adalah kekeliruan dalam melakukan pemberian skor atau kekeliruan yang berasal dari pihak penguji dalam memberikan skor terhadap jawaban-jawaban betul yang telah diberikan oleh testee terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes.
è Kekeliruan Ranking, adalah kekeliruan yang diperbuat oleh pemberi skor (scorer) dalam menentukan urutan kedudukan skor yang dimiliki oleh peserta didik dalam suatu tes atau ujian
è Kekeliruan Guessing, yaitu kekeliruan yang terjadi sebagai akibat permainan spekulasi atau main tebak-tebakan dikalangan testee dalam memberikan jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan kepada mereka.

Kekeliruan juga bisa terjadi karena faktor evaluator dan testee sendiri, kekeliruan ini terjadi:
è Karena suasana batin yang sedang menyelimuti diri evaluator pada saat pengukuran hasil belajar sedang berlangsung.
è Karena sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada diri evaluator. Dalam proses belajar acapkali dijumpai kenyataan bahwa ada guru atau dosen yang sifat ”pemurah” dan ada pula guru atau dosen yang mempunyai sifat ”pelit” di dalam memberikan nilai hasil tes.
è Karena terjadinya hallo effect, di mana guru atau dosen selaku evaluator terpengaruh oleh informasi yang datang dari rekan-rekan sejawatnya, sehingga dalam pemberian nilai hasil belajar, informasi tersebut mempengaruhi penilaian.

Kekeliruan penilaian yang berasal dari testee (peserta didik)
è Faktor psikis (kejiwaan), faktor kejiwaan sangat mempengaruhi testee dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajarnya, faktor kejiwaan ini seperti, peserta didik atau testee dalam suasana riang gembira, murung, pikirn kalut dan lain sebagainya.
è Faktor fisik, kesehatan jasmani testee yang sedang terganggu (menderita, flu, demam, kelelahan dan lain sebagainya) dapat mengganggu konsentrasi testee dalam pelaksanaan evaluasi.
è Faktor nasib, karena memang nasibnya lagi buruk/sial, bisa jadi semua pelajaran yang telah dikuasai oleh testee hilang dalam sekejap, begitu juga sebaliknya.


Sumber Penyebab terjadinya Error Latar Belakang Terjadinya Error Jenis Error
Alat Evaluasi (alat pengukur) hasil belajar (tes) Butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes tidak mencerminkan atau tidak merupakan wakil yang representatif dari keseluruhan bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Sampling Error
Evaluator/Tester (Guru, Dosen, Penguji) Evaluator (tester) bertindak kurang teliti atau kurang cermat dalam perhitungan angka-angka (skor) Scoring Error dan Ranking Error
Suasana batin yang menyelimuti diri evaluator: perasaan resah, susah, murung, banyak masalah dan sebagainya
Sifat “pemurah” atau sifat “pelit” yang melekat pada evaluator (tester)
Evaluator terpengaruh oleh hasil-hasil penilaian yang diberikan oleh teman sejawatnya (hallo effect)
Evaluator terpengaruh oleh hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik pada waktu-waktu yang lalu (=kesan masa lalu)
Peserta Didik/Peserta tes (Testee) Peserta tes bermain tebak/terka/berspekulasi/melakukan kerjasama yang tidak sehat di dalam mengerjakan soal-soal tes Guessing Error
Kondisi fisik, kondisi psikis dan nasib sial yang menimpa diri testee pada saat berlangsungnya tes/evaluasi hasil belajar. Scoring Error
Situasi testing Suasana gaduh, kacau atau bising, pengawasan tes yang terlalu ketat atau terlalu longgar Scoring Error
Sumber: Sudijono, 2005:47-48



Sumber Bacaan:
Anastasi Anne, 1976, Pshycologycal Testing Fifth Edition, Macmillan Publishing, Co,Inc. New York.
Grounland, Norman E. 1968. Constructing Achievement Test, Prentice-Hall, Inc. Amerika
Sudijono, Anas, 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Tidak ada komentar: